Jumat, 30 Maret 2012

31-03-12

Besok April! Cepat sekali waktu berlalu.
Ayo ayo terus semangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat! \:D/

Senin, 26 Maret 2012

:)

Rupanya waktu mendamaikan kita lagi.
Aku senang, kita kembali menjadi teman yang baik :)
Lupakan bahwa aku dan kamu dulu punya sebuah kisah.
Aku memang selalu nyaman dengan ini.
Kita layaknya saudara.
Tetap baik seperti dahulu, tetap dengan posisi masing-masing.

Kita ceritakan banyak hal kembali, kamu bertanya-tanya jawaban apa lagi.
Ingat saja, "Kalau di rasa benar, "resiko manusia" itu kebenaran di mata Tuhan."
Tetap berjuang untuk hari-harimu ya.

Kaca diri malam ini

Ada yang salah.
Apa?

Mungkin.
Banyak prasangka, banyak duga.
Terpecah!
Memecah pertaliannya.

Ada yang salah.
Apa?
Keikhlasan.
Terbelakang.
Egois!
Selalu terdepan.

Kinerja?
Omong kosong.
Kau hanya banyak bicara.
Dusta!

Malu?
Mana?
Perubahan?
MANA?

Manja?
Iya!
Lari dari realita?
Jelas!

 Apalagi?
Cukup, kan?
Kosong.
Dirimu sungguh kosong.

Terus kutunggu.
Setia pada waktu.
Sampai waktu memakanku.
Hidup, hanya jadi remah-remah.
Kegagalan.
Gerbang utamamu!

 ***

Itu.
Jika kau tak berubah.
Tetap seperti ini.

Sabtu, 24 Maret 2012

tik-tik-tik

Tahu tidak? Aku terbiasa akan perciknya hujan. Mengusik lembut, nyaman sekali....  Sesekali nuansanya menjadi hangat, namun terkadang dingin. Gemericiknya bersenandung bersamaku.

Setelahnya aku juga rindu. Wanginya sangat kusuka. Indah ya. Apalagi jika menyembul pelangi.
Menengadah.
Lalu terbawa senyum.

Sama seperti kini. Bila masalah sering diibaratkan dengan hujan yang datang, namun suatu saat hujan memunculkan pelangi bukan?

Sama seperti kini.
Aku menunggu pelangi itu. Sambil tetap menikmati gemericik hujan kehidupanku.

Tiktiktik. Bahkan bunyi hujanpun sama seperti bunyi waktu.
Hujan.... dan waktu.
Keduanyalah yang akan menjemput sang pelangi.
Semuanya sangat berarti.
Gemericik hujan dan pelangi... menjadi saksi. 

Jumat, 23 Maret 2012

Ilmu bertaburan

Kamis, 22-03-12 matkul Pengars (Pengantar Arsitektur) menjadi sangat seru buat gue. Seru bukan pada saat teman-teman gue disuruh Pak Jaya maju untuk menjelaskan, namun saat diskusi dan pengarahan dari mereka itulah, sangat memotivasi gue. Gue mulai tertarik untuk belajar lebih dalam tentang Arsitektur. Banyak masukan yang membangun dari Pak Jaya dan Pak Nanda. Ini adalah hasil catatan yang berhasil gue catat dari perkataan mereka. Tiap kata berusaha gue catat, dan mungkin akan terlihat "kurang kerjaan banget" gitu gue nyatet tiap kata. Tapi itulah gue, di saat gue udah tertarik sama sesuatu, gue akan mencoba mencari tahu hal itu sedetail mungkin, sama halnya dengan apa yang mereka katakan, gue merasa itu ilmu yang seru dan sangat berguna. Uhuy langsung aja.

Awalnya, Pak Nanda memulai diskusi yang seru ini dengan melemparkan sebuah pertanyaan. 

"Kapan sebuah rancangan Arsitektur gagal?" 

Eka yang pertama kali tunjuk tangan dan menjawab. Ia mengatakan bahwa Arsitektur akan gagal jika aspek-aspek yang ada di dalamnya seperti psikologi, antropologi, dan lain-lainnya itu gagal terpenuhi. Selanjutnya, Farul ikut berpendapat, ia mengatakan bahwa jika Arsitektur tidak dapat memenuhi unsur kenyamanan di dalamnya, membuat orang-orang di dalamnya merasa tidak nyaman, Arsitek itu dapat dikatakan gagal. Gue yang sedari tadi fokus mendengarkan juga ikut berpikir, kira-kira kenapa ya?

Selanjutnya, muncul pertanyaan tentang Rotunda. Minggu ini memang matkul Pengars menugaskan kami untuk menganalisis Rotunda, sebuah Taman Inspirasi yang fungsinya sebagai area berkumpul di kawasan FTUI. Pertanyaan yang terlontar tidak jauh dari masalah di Rotunda sendiri. Mengapa Rotunda sepi? Mengapa lebih banyak orang yang pergi ke Lobby K? Berbagai jawaban dari kami bermunculan. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan karena posisi duduk yang memutar dan ke arah luar, berbeda dengan lobby-K yang akses duduknya memutar namun menghadap ke dalam. Sama halnya dengan sebuah cafe, saat kita duduk memutar dan ke arah dalam, akan tercipta interaksi yang lebih dalam pula. Beda halnya dengan Rotunda, posisi duduk yang memutar dan menghadap keluar membuat interaksi tidak terlalu maksimal. Dan mungkin, Rotunda yang fungsi awalnya sebagai area berkumpul, bisa jadi bergeser fungsinya lebih untuk personal dalam hal mencari inspirasi, yang dapat dikatakan bahwa ini membuat seseorang menjadi Ansos/ Anti Sosial. Namun hal ini belum tentu benar. Banyak komentar lain yang bermunculan, salah satunya adalah dari Audita. Ia mengatakan bahwa, "Rotunda tidak bisa dikatakan gagal jika dilihat dari aspek sepinya. Sepi bukan berarti tidak ada pengunjung. Rotunda ada yang mengunjungi dan mereka memfungsikan Rotunda memang dengan fungsi awal Rotunda dibangun. Jadi Rotunda tepat sasaran dalam hal fungsi, namun memang tidak lebih ramai dari Lobby-K."

Pak Jaya pun menambahkan hasil diskusi kami. Sebelumnya ia mengatakan hal ini menjadi sangat seru untuk dilanjutkan. Beliau mengatakan, "Ada satu periode dimana seseorang ingin soliter (menyendiri). Ia tidak mau diganggu, ia menjadi sangat sensitif. Rotunda disini punya fungsi kesana. Seseorang dapat terfasilitasi dengan adanya Rotunda, ia bisa menikmati saat-saat ia menyendiri dan mencari inspirasi. Tapi hal ini membuat diri kalian menjadi Ansos/ Anti Sosial. Ini bertolak-belakang dengan fungsi Rotunda sebagai Area berkumpul. Di kehidupan sehari-hari, tanpa sadar kalian sudah Ansos. Contohnya HP kalian itu. Kemana-mana membawa HP, namun hebatnya tidak pernah terjadi tabrakan. Sekarang kita lihat, dimana-mana orang sibuk dengan HP nya. Coba kamu amati orang-orang di cafe, dimanapun. Bahkan mereka berdua saling berhadap-hadapan tetap asik dengan HP mereka masing-masing. Interaksi manusia-nya menjadi sangat kurang."

Gue sangat tertarik tiap kali Pak Jaya atau Pak Nanda sudah berkomentar tentang suatu hal. Diskusi ini terus berlanjut dengan pertanyaan yang berdasar pada "Arsitektur merekayasa ruang gerak manusia." Pertanyaan yang terlontar adalah,
 "Apakah Arsitek perlu dominan?"

Banyak yang menjawab pertanyaan ini, salah satunya gue.  Dan pertanyaan inipun dijawab seru oleh Pak Nanda. Ia mengatakan bahwa seorang Arsitek harus mendengar masukan dari orang lain.

"Arsitek itu gagal karena mereka sok tau, merasa pinter, merasa nggak butuh pendapat orang lain, kurang bisa mendengarkan, dan ini udah jadi kritikan tentang Arsitek sejak puluhan tahun yang lalu."

"Mungkin dari kalian diem-diem merasa saya berhasil masuk UI nih. Akibatnya? Di semua angkatan pasti ada anak yang arogan. Karena udah merasa lulus dan berhasil masuk UI. Tapi jangan salah, itu justru menjamin KEGAGALAN anda saat mau lulus. Ada seorang arsitek besar yang gagal karena hal yang sama. Dia udah hebat, diundang kemana-mana, masuk majalah, kuliah umum dimana-mana. Tapi suatu waktu rumah yang ia bangun gagal. Penyebabnya adalah karena dia dominan, nggak mau dengerin orang. Akhirnya ia di somasi oleh kliennya sendiri di pengadilan. Hati-hati disitu. Masih ada yang merasa "I am the best." Emang harus di suatu waktu seperti itu, tapi untuk menentukan ini yang terbaik ya jangan sotoy. Banyak baca dan banyak dengerin orang. Jangan pikir orang yang pantas kalian dengarkan hanya dosen. Bisa jadi pas kalian nanti punya proyek, ada tukang yang ngomongnya bagus. Jangan pernah meremehkan orang! Jadikan itu prinsip. Jangan mendebat untuk mendominasi. Debat adalah metode ke arah persetujuan. Debat bukan metode yang saya mendebat teman saya sendiri dengan mendominasi. Nilai kalian emang bagus, tapi attitude ga dapet. Debat itu persetujuan debat dengan pendebat. Ada hasil yang dicapai."

"Masalah di lingkup Arsitektur ataupun Arsitektur Interior ya itu tadi, merasa kegedean. Karya mereka gagal ya karena itu. Kenapa kota kita gagal? Karena pada merasa gede. Kritik ini dateng dari dalam dan luar. Di satu sisi harus ada kebebasan tapi disisi lain jangan sotoy. Jangan sampai membuat karya yang gagal. Ngancurin ruang, ngerusak lingkungan, nggak punya attitude."

Pak Jaya pun melanjutkan, petuahnya di lanjutin nanti ya. Mau pergi dulu haha dadaaaaaah!
 
 



Selasa, 20 Maret 2012

20-03-12

20-03-12: Bangun pukul 05.00. Mengerjakan gambar OK dan selebihnya terbuang percuma.

20-03-12: Baru sampai studio jam 08.30. Belum ada Kak Vera. Bisa dibilang telat, gara-gara kelamaan dandan. Ngebut naik motor. Yak, selamat.

20-03-12: Gabut tekomarsnya. Tumben pulang jam 3.

20-03-12: Selesai tekomars nunggu di studio. Bosen, eh Ryfa Kinson dll lari-larian mau main. Ikutan, main di lift gedung S. Kita masuk ke lift pake beberapa kursi studio. Mencet tiap lantai. Dadah2 ke siapapun tiap pintu lift kebuka. Ketawa-ketawa. Seneng. Ada satu ekspresi orang yang bikin ngakak (gara-gara Ochan). Banyak yang nanya kita ngapain. Pada diboongin. Bilangnya "lagi analisis". Penghilang stress banget. Dan benar saja, bahagia itu sederhana.

20-03-12: Nari2 bareng ars2011. Best performance di Grand Launching Kersos2012. Nari2 i love youuu, i need yooou, dst. Di tepuk-tanganin sama senior. Di selamatin sama Kak Kacin via twitter & Kak Wulan.via sms. Makasih ka!

20-03-12: Katanya ada forang. Tapi tadi nyusup dulu ke asistensi pengars kelompok lain. Eh selesai jam 6 gitu. Pas ke studio C sepi, akhirnya gak jadi forang.

20-03-12: Kata Kinson ada tanding futsal FC. Disuruh ikutan, gamau. Disuruh nonton, bilangnya mau pulang. Kenapa? Liat aja awannya, mau ujan. Angin udah kenceng, akhirnya pulang dengan perasaan takut gara-gara belom sholat. Ngebut lagi. Nyampe, selamat. Sholat. Dan, sampe sekarang gak jadi hujan. Dan tanding futsal juga gak jadi.

20-03-12: Hari yang panjang & melelahkan. Mau tidur, tapi terbayang tugas yang banyak.

20-03-12: Semqangat hap-hap fah. Inget tujuan kuliah untuk apa.

"Kamu di masa depan adalah apa yang kamu kerjakan dari sekarang."



Minggu, 18 Maret 2012

Pojok Renung

Hari ini, pertemuanku dengan mereka. Sahabat-sahabat kecilku dan juga guru ngajiku. Begitu lekat dan dekatnya kami, bertukar cerita dan canda tawa. Namun tak lupa disana kami belajar, Bu Ina hari ini mengajarkan kami tentang istiqomah. Sejujurnya, ini bukan ilmu yang bisa dibilang baru untuk kami. Namun beliau berkata, "Jangan pernah bosan dalam mengulang ilmu."

Sebelum berangkat menuju rumah Bu Ina, aku bercerita dengan sahabatku, namanya Yulia. Sudah lama kami tidak mengobrol seperti dulu. Awal kuliah masih sangat sering aku ke rumahnya, bahkan sampai malam. Namun karena tuntutan waktu di kampus hal tersebut sudah jarang kulakukan. Baru hari inilah waktu yang pas untuk mengobrol dengannya, kami bercengkarama tentang apapun, sampai membahas masa lalu. Aku hanya bisa tertawa. Sungguh, aku sudah acuh dengan itu.

Hari ini banyak ilmu yang kudapat. Satu pesan Bu Ina terhadapku,

"Ibu yakin, Fahma bukanlah orang yang mudah terombang-ambing terbawa lingkungan. Namun bila tidak diseimbangkan dengan nilai ruhiyah, suatu saat hal itu akan goyah. Ibu agak khawatir bila itu terjadi."

Iya Ibunda.. aku paham kekhawatiranmu. Sudah dua minggu aku tidak datang, dan pasti kau bertanya akan hal itu. Dua minggu aku mempersiapkan sebuah acara. Walau sudah kukatakan kepadamu, pasti tetap ada rasa khawatir disana. Aku minta maaf, sungguh. Aku akan mengingat pesanmu. Semoga kebaikan Ibunda dalam mengayomi kami dinilai sempurna oleh Allah. Semoga Ibunda selalu dinaungi kelimpahan cinta dari-Nya. Kami sangat menyayangimu, Ibunda. Semoga kelak, anak-anakmu ini menjadi kebanggaanmu. Doakan kami.. :)

Sabtu, 17 Maret 2012

Senja Berpikir

Menjelang senja ini entah mengapa ada niatan kembali untuk menulis. Pikiran masih saja bercabang tentunya. Berpikir, merunutkan apa-apa saja yang belum terlaksana, entah tugas akademis ataupun organisasi ataupun yang lainnya.  3 gambar oke- perbaikan gambar tampak dan denah- isi logbook- mading rumah TIS- dekor rumah TIS- buletin TIS- desain kaos TIS- belajar fisdas dan alin- bisnis- tambahan ilmu- tugas pengARS, dan terakhir- merapikan kamar.

Entah apa yang terjadi sedari pagi, kini yang terasa adalah penat. Kepala rasanya berat. Rasanya ada yang salah, aku belum mengevaluasi diri. Aku belum merasa bermanfaat. Setidaknya untuk hari ini. Walau tadi pagi tetap membantu ibu dalam urusan cuci mencuci, namun tetap saja, rasanya waktuku terbuang percuma. Mungkin karena sedari siang tadi yang kulakukan hanya terlelap, mencoba menyegarkan kembali pikiranku, namun tetap saja upaya itu gagal. Sebangun dari tidur, yang terasa adalah bertambah penat. Namun ada satu hal yang pasti tak kan terlupa dari benakku. Beberapa menit lalu, saat aku terbangun dari tidur lelap, ayah melihatku begitu lemas. Iapun memberikan segelas teh madu hangat. Bahagia rasanya, saat ayah tersayang begitu memerhatikanmu. Begitu pula ibumu, yang menyuruh untuk minum obat. Setelah itu aku mengganti membuat teh hangat untuk ayah, dan satu ucapan ayah yang akan terus kuingat, "Kamu harus mulai sering melayani ayah ya Fah..." Ah, rasanya waktu semakin cepat ya. Jujur saja ada rasa sedih akan hal ini, waktu yang terus berjalan dan menuntut kedewasaanku. Dalam hal menjaga dan melayani ayah, dalam hal menggantikan posisi Ibu mengurus rumah, dalam hal lainnya..

Sejenak aku kembali berpikir, tahun ini umurku 19 tahun. Angka 19 bukanlah angka yang kecil. Lagi-lagi aku ingat perkataan bu Ina, guru ngajiku. "Kalian sudah dewasa, tidak pantas bila sehari-hari perilakunya masih sama seperti SMA." Ah, Ibunda... tiap kali aku mengingat perkataanmu, aku bercermin. Aku menemukan diriku masih sama seperti dulu. Sifat kekanak-kanakanku masih lebih besar dibanding kedewasaanku. Aku malu, tentu saja. Namun saat sifatku itu muncul, lingkungan seakan memakluminya. Dan aku terus saja melanjutkannya. Dalam hati tentu saja aku ingin dewasa. Sangat ingin. Saat aku menulis ini, aku kembali tersadar akan janjiku dulu. Aku mulai melupakannya.

Ketika aku meluangkan beberapa waktu untuk berpikir seperti ini, kembali ingatanku melayang ke masa dulu. Mengingat akan sesuatu. Tentang perasaan lebih tepatnya. Entah sudah lewat berapa waktu sejak itu. Kini aku sudah terbiasa. Sosokmu sudah lenyap termakan waktu. Bukan berarti aku marah padamu. Aku hanya menyesal, begitu bodohnya aku dulu. Begitu bodoh dengan rasa penasaran sampai menjatuhkan aku. Merontokkan tiap prinsip yang telah kubangun. Mengecewakan-Nya. Sungguh menyesal, namun tiada guna. Toh, semua sudah berlalu. Aku sudah memilih jalan ini, melepasmu. Yang belakangan aku tahu, prinsip yang kita pegang dulu, ternyata bagimu tidak seperti itu. Kamu membelok jalan, dengan secepat itu. Kita masih berteman, tentu saja. Semoga bahagia terus ada bersamamu..

Dan desahan terus berlanjut. Bicara tentang perasaan, itu akan menjadi hal yang sangat sensitif untukku. Mungkin hanya di beberapa waktu, yang terlihat kini aku sudah benar-benar terbiasa. Aku acuh memikirkan itu. Untuk apa? Tiada guna, tiada yang akan berubah. Karena aku sendiri tak mau merubah apa-apa yang ada sekarang ini. Dan takkan merubahnya sampai tepat waktu sesuai izin-Nya.

Menilik janjiku akan perubahan, aku rasa aku benar-benar sampai di titik melupakannya. Melupakan janjiku entah 4 bulan atau 3 bulan yang lalu. Satu persatu mulai terlepas. Merasa atau tidak, sadar atau tidak, kamu sekarang sudah seperti ini. Namun belum terlambat kan fah? Belum terlambat untuk memperbaiki dirimu.

Esok pertemuanmu kembali, pencarian dan penambahan. Pengokohan prinsip. Aku tak boleh tak datang lagi. Ini penting untuk menjaga segalanya. Ini jalan baik yang diberikan-Nya. Begitu besarnya nikmat yang Ia beri, namun begitu sombongnya kamu membangkang. Aku mulai kembali meniti tiap citaku. Meniti tiap derap langkahku, meniti rajut cinta kembali pada-Mu. Aku begitu cinta, begitu sayang. Begitu bersyukur, izinkan aku terus kembali Allah.. kembali hanya pada-Mu.