Menghindar dan berprasangka yang terbalik dari yang diinginkan adalah cara terbaik untuk mengelabui isi hati. Ya.... mau bagaimana lagi? Toh setiap manusia pernah mengalaminya. Sibuk memang obat terbaik. Kelak aku harus keluar, menempati ruang-ruang yang belum pernah terjelma. Merintis kepahitan baru mungkin. Berjalan ke depan namun sayangnya kenangan tetap merantai. Kujelmakan saja diriku menjadi bungkam, kutelan semua dengan sadar, pil pahit yang nantinya justru akan menguatkan. Hatikulah, terlalu lemah oleh makhluk bernama manusia. Hatikulah, meminta-Nya untuk menguatkan. Kalau bisa di detik ini dihapuskan, amnesia saja. Sampai kelak waktulah yang berbicara, waktulah yang menyadarkan. Jika bukan bersamanya, memang begitulah kehendak-Nya. Sampai saat ini aku hanya percaya, yang ditakdirkan denganku akan dibawa-Nya dengan cara-cara indah. Aku hanya perlu lebih bersabar dan mengendalikan hati. Memperbaiki diri, mencintai-Nya melebihi makhluk ciptaannya. Begitulah perjuangan mempertahankan prinsip, dan aku bahagia dengan komitmenku sejak saat itu. Api yang pernah terkobar sudah kujinakkan, Ia tak boleh terbakar karena menalar bahan bakar di waktu yang belum tepat. Ketepatan hanya ketika diri-Nya telah berikan izin. Mungkin nasihatku dulu untuk sahabatku akan sangat membantu disaat ini. Kataku dulu padanya,
"Bisa jadi resiko manusia itu kebenaran di mata Tuhan. Jadi, banggalah mempertahankan prinsip yang baik. Walaupun semua manusia menghujatmu, yakini Allah tetap bersamamu. Maka dari itu, tak kan ada yang bisa mematahkan apa yang engkau yakini benar. Kelak, kau kan ucap syukur karena memilih itu.." -Fahma Nurika Aisyah