Semangat yang memudar, kini kau poles dengan tegasnya.
Kini ku melangkah sigap, berkata pada cermin diriku: Aku siap!
Torehan luka yang kian menjamur, tak sanggup mencegahku.
Terkadang lengah, namun berkat pusaran cinta yang tertuang, aku bangkit.
Aku tersadar, mematai dengan lembut, potongan sampai lembaran hidup.
Entah itu aku, sekelilingku, orang yang kucinta, atau bahkan orang yang asing bagiku.
Sudah tertanam dalam benak: Kamu kuat, dan kamu mampu!
Kicau berkicau teracuh begitu saja, aku tak peduli.
Kau berkicau layaknya seniman yang akan membuat pelangi, kau berkicau laksana surga di matamu. Namun setelah itu, kau berkicau seraya pergi. Kicauanmu bak sebongkah batu yang hancur terkena tetes air liurmu sendiri. Apakah kini kau merasa malu?
Aku kasihan terhadapmu. Sosok yang hanya bisa berucap, namun tak ada hasil yang kau dapat. Kamu menjalani hidup dengan merasa benar, namun hatimu tahu itu salah.
Sebuah lakon. Tenang saja, semua itu proses. Yakini saja. Pada akhirnya, hidup adalah bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar