Siang yang lumayan menyengat ini, aku kembali mengingat tiap potongan yang sudah berlalu.
Aku tersadar bahwa aku belum mampu menjalankan segalanya dengan baik.
Prioritas, komitmen. Semua tetap berjalan, namun karena dirasa tak maksimal semua terasa tak terpegang.
Apa ya? Apa karena terlalu banyak berpikir?
Peristiwa-peristiwa kecil kurasa sudah menggerogoti sisi diriku.
Aku jadi bercermin.
Aku kehilangan sisi diriku yang positif. Untuk itulah, aku ingin menuliskan tentang ini.
Aku belajar.
Dari banyak organisasi yang aku ikuti, aku belajar akan kerja sebuah tim.
TIS- Technique Informal School. Dari orang-orang di dalamnya, yang terkumpul dalam BPH TIS 2012, Kak Titis, Kak Rahman, Niken, Ka Meri, Kak Ayu, Kak Marlin, Wisi, Desna, Yopik, Ayu, Ican, Yudis, Ratna, Ilmi, Cipto, Arno dan Kak Ain (namun sekarang diganti Shirly), aku belajar akan pentingnya bekerja sama. Berjuang untuk adik-adik disana. Walau aku tahu, aku jarang ikut mengajar, namun aku mencoba menebusnya untuk optimal bekerja di humas TIS. Memang dari awal itulah alasan mengapa aku memilih turut serta dalam humas, saat aku berpikir akan tugas Arsitektur yang menyita banyak waktu, humaslah yang aku rasa, aku bisa bekerja optimal disana. Dari sinilah aku mulai belajar kembali akan banyak hal. Bagaimana membuat mading saat belum ada BP yang membantu, berdua bersama Kak Ayu mempublikasikan lewat jejaring media ataupun telekomunikasi. Berdua memberitahu alumni TIS untuk ikut datang dalam hearing proker TIS, membuat twitter, membuat akun facebook, membuat poster, membuat hiasan rumah TIS, bahkan terakhir, membuat buletin pertama TIS. Ditambah oprec BP TIS, humas mendapatkan Mella, Dini, Dewi, dan Mentari yang turut serta bekerja sama dengan kami. Mulai dari aku dan Kak Ayu yang bingung bagaimana menghadapi BP yang awalnya jarang membalas sms, suka ngaret kalau rapat, dan permasalahan lainnya. Disini aku belajar banyak hal menghadapi tiap masalah yang datang. Dan kini, alhamdulillah proker humas berjalan dengan baik.
Dari TIS aku juga belajar akan bersyukur. Menilik tentang impianku entah di nomor berapa, "Aku ingin mengajar anak yang kurang mampu dan membangun lapangan kerja untuk mereka." Aku merasa Allah senantiasa menuntunku untuk menuju kesana. Betapa bahagia rasanya aku bisa berkumpul dengan adik-adik TIS. Terlebih saat acara HAN kemarin, aku semakin merasa dekat dengan mereka. Bermain dengan Nunu dan Lilis, kejar-kejaran dengan Angga, coba menangkap Gojal yang kabur-kaburan, bermain bola bersama Febri, bahkan Angga sampai minta untuk digendong. Aih rasanya senang sekali.Semoga impianku untuk bisa membangun lapangan kerja suatu saat dapat terealisasikan. Amin.
Masih banyak hal berharga yang kudapat dari keluarga TIS. Aku sadar, untuk mencapai tiap impianku tentu butuh langkah kecil yang pasti. Coba kembali ke impianku yang ingin membangun lapangan kerja, akupun turut serta dalam Marketing-KKM (Keluarga Koperasi Mahasiswa) FTUI. Berawal dari Kakak Asuhku, Kak Melinda, yang pengalaman hidupnya luar biasa. Ia adalah seorang Kakak Asuh yang sangat mencintai dunia bisnis. Terbukti dari jejak hidupnya yang tak jauh dari bisnis, ia ikut HIPMI, dan dia juga merupakan Kabid dari Marketing KKM. Tentu masih banyak organisasi yang ia geluti. Ia beberapa kali memenangkan kompetisi bisnis, dan yang paling membuatku takjub adalah ada seorang investor yang menginvestasi 10 juta untuk ide bisnisnya. Dari dialah aku belajar banyak hal. Tentang realisasi mimpi. Saat aku main ke kosan Kak Melinda, begitu banyak tulisan di dinding kamarnya dan banyak yang sudah tercoret tanda semua berhasil ia wujudkan. Ada lagi Bang Kohar, ia adalah ketua KKM. Sosoknya sangat halus dalam berkata, dan merupakan orang yang ulet dan juga sama-sama mencintai bisnis. Mereka adalah sosok-sosok yang sangat semangat. Dari KKM inilah aku belajar berbisnis, mulai dari pekerjaanku yang memegang proker "Show Up Your Business" aku belajar bagaimana mengumpulkan mahasiswa Teknik yang ingin meluaskan bisnisnya, yang kemudian aku serahkan data-data tersebut ke Kak Ashari, bidang Unit Usaha. Dari sinilah aku mengerti arti konsinyasi, bagaimana pembagian keuntungan dan syarat-syarat lainnya. Ilmu itu mahal, namun mendapatkannya begitu banyak jalan. Dari sini aku juga dapat mengasah kekreativitasanku, membuat poster dan membuat katalog. Dan proker paling besar yang akan kami kerjakan adalah mendesain ulang Kopma dan membuat maskot yang besar, yang secara tidak langsung praktek langsung mendesain ruangan. :)
Yang ketiga adalah Wakabid Medis ROARS. Dari sini aku juga belajar banyak hal. Bagaimana menjalankan tiap proker agar berjalan sesuai dengan waktunya, bagaimana mencoba sabar disaat sedikit anggota medis yang datang rapat, dan juga bagaimana menjalin kerjasama dengan baik.
Masih banyak hal tentunya yang ingin aku tuangkan. Namun lain waktu saja. Intinya, di tulisan ini aku ingin memberitahu diriku kembali, membangkitkan semangat positif yang ada di dalam diri, bahwasanya semua yang aku lakukan merupakan pembelajaran dan pengalaman nyata. Memang suatu saat ada hal yang terasa salah dan tak terpegang, ingin rasanya melarikan diri dan menyendiri dahulu untuk memperbaiki diri. Namun kurasa hal itu cukup menyita waktu untuk pilihan langsung bangkit. Aku tak boleh kalah dengan kegagalan. Saat kegagalan datang, saat aku ternyata mengecewakan, aku harus tahu bahwa aku masih memiliki kekuatan positif untung bangkit. Langsung bangkit saja dan coba langsung perbaiki segalanya. Kurangi alasan memperbaiki diri yang menyeret-nyeret waktu lebih lama. Ingat sebuah pernyataan seseorang,
"Kita jadi tidak mengerjakan apa-apa karena terlau banyak berpikir"
Berpikir tentu saja perlu, sangat perlu. Namun langsung bertindak kurasa pilihan yang paling baik. Bertindak sambil berpikir tentunya.
Aku hidup bersama dengan yang lain. Saat aku merasa mengecewakan, berbicara apa yang terasa merupakan cara terbaik. Aku sudah cukup dewasa untuk tahu apakah kinerjaku mengecewakan atau tidak. Aku kembali pada kenyataan bahwa, "Orang yang penuh kesungguhan terlihat dari kinerjanya sehari-hari, sekecil apapun." Aku berkata seperti ini tentu aku belum sepenuhnya menuju kesana. Semua itu butuh proses bukan? Semua orang pernah gagal tentu saja, tapi hanya kemauan dan keberanian menghadapi resiko yang bisa membuat mereka bangkit. Aku punya Allah, yang senantiasa menolong aku dan menunjukkan jalan-jalan kebenaan. Malu rasanya berbicara segala teori tanpa tindakan pasti. Mari lakukan dari sekarang! Selamat beraktivitas ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar