“...
Harus ada ciri khas dalam setiap rancangan yang kita buat, dan kita harus mampu
mempertanggungjawabkannya. Baik dari awal, proses, sampai dengan keterbangunan
desain kita berdiri kokoh.” –Han Awal
Petikan di atas keluar
dari mulut seorang arsitek santun yang kini menginjak usia 83 tahun, Han Awal. Beliau
adalah arsitek yang mengawali kariernya dengan mendirikan biro konsultan
sendiri yang dikenal dengan nama PT Han Awal & Partners Architect. Prestasinya dalam merancang bangunan sudah
tidak diragukan lagi, karyanya membuahkan penghargaan International Award Excellence UNESCO Asia Pasific Heritage untuk
bangunan Gedung Museum Arsip Nasional. Karya lain yang menonjol dari beliau adalah
Kampus Universitas Katolik Atma Jaya di Semanggi dan gedung sekolah Pangudi
Luhur di Kebayoran Baru, Jakarta. Han Awal juga terlibat dalam pembangunan
Gedung Conference of New Emerging Forces
(Conefo) yang kemudian dikenal oleh masyarakat sebagai gedung DPR/MPR.
Selain berkarya dalam
bidang arsitektur, Han Awal merupakan pribadi yang sangat peduli terhadap dunia
pendidikan perancangan di Indonesia. Tercatat, selama perjalanan hidupnya, ia
mengabdikan ilmu yang dimilikinya dengan menjadi seorang dosen di berbagai
universitas, salah satunya adalah Universitas Indonesia. Ia juga aktif
mendorong berdirinya Ikatan Arsitek Indonesia, ikut mendirikan Pusat
Dokumentasi Arsitektur dan memfasilitasi berdirinya ajang diskusi Arsitek Muda
Indonesia. Kemurahan hati beliau dalam mencurahkan ilmunya sangat terlihat saat
kami sekelompok bertandang ke kediamannya di daerah Kemang Raya, Jakarta
Selatan. Dengan ramah beliau mengantarkan kami berkeliling di kediamannya dan
menjelaskan satu persatu detail ruangan yang ada disana. Mulai dari halaman
depan, lantai bawah, halaman belakang, dan terakhir adalah lantai atas.
Dari luar, rumah
kediaman Han Awal tampak teduh dengan jajaran pohon rambutan serta pagar dan
gerbang kayu yang rimbun tertutupi bunga dan sulur daun. Memasuki interior
rumah, suasana tak jauh berbeda dari keadaan di luar. Suhu udara dan terang
matahari sangat kaya berada di dalam akibat dari banyaknya bukaan yang berupa
jendela tanpa teralis yang dapat dibuka. Lantai dasar ruang utama tersambung
dengan area servis seperti garasi dan ruang pembantu. Sementara lantai atas dan
ruang paviliun terdiri dari kamar tamu serta kamar anak-anak. Konsep ruang dari
lantai dasar memperlihatkan sebuah komposisi ruang yang cair. Terlihat dengan
ruang tamu, ruang duduk, serta ruang makan dan pantry yang melebur, yang hanya
dibatasi oleh sedikit penurunan level. Birunya kolam renang menghiasi halaman
belakang yang dinaungi oleh berbagai macam tumbuhan dan pepohonan yang menambah
keasrian dari kediaman Han Awal. Dari rancangannya, beliau sangat memanfaatkan
ruang yang tersedia. Terbukti pada lantai kedua, ada sebuah ruang yang
memanfaatkan ruang kosong pada bentang miring atap. Hal ini diperkuat dengan
perkataan beliau mengenai keefektifitasan ruangan.
“Arsitek
adalah seorang penata. Tangannya diciptakan untuk menata ruang sehingga semua
itu dapat berfungsi secara baik dan maksimal. Untuk itulah menjadi sebuah
tantangan, saat saya harus merancang desain yang bagus dan baik namun dengan
lahan yang terbatas.”
Han Awal juga
menjelaskan, dalam prosesnya, ada tiga urat sari yang harus dibawa untuk
menghasilkan sebuah perancangan yang baik. Pertama, kita harus mencoba
berinteraksi dengan klien atau “pemberi tugas”, istilah yang sering disebutkan
Han Awal. Bagaimana karakter klien kita dan apa saja yang mereka butuhkan,
kemudian kita harus melakukan survey terlebih dahulu dengan menempatkan diri
kita sebagai pemula. Artinya, dengan memposisikan diri seperti itu, kita akan
menggali semakin dalam potensi-potensi yang ada pada tapak. Hal tersebut sangat
berkaitan dengan poin yang kedua, yaitu analisis. Analisis menurut Han Awal
dapat bermacam—macam, mulai dari analisis klien, tapak, lingkungan, dampak,
sampai kepada peraturan dan keinginan klien yang harus diperhatikan. Hal ini
harus dilakukan secara sistematis agar satu sama lain runut dan konsep yang berhasil. Survey tidak hanya dilakukan sekali, namun hal
tersebut merupakan proses dari perancangan itu sendiri. Han Awal melakukannya
sampai berkali-kali, secara runut sampai akhirnya gagasan itu muncul. Pengakuan
beliau, gagasan sebenarnya bisa datang kapan saja, sebelum, sesudah, ataupun
selama proses itu berlangsung. Dari sanalah kita akan belajar banyak hal dan
menambah kepekaan kita sebagai seorang arsitek. Selanjutnya, setelah semua data
matang, kita dapat membuat gagasan yang akan berlanjut pada proses pra
perancangan kita. Prosesnya pun tak jauh dari analisis serta sintesis,
mereduksi dengan melihat kondisi lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan.
Setelah itu diperlukan diskusi lebih lanjut dengan klien terkait proses tersebut.
Semakin banyak hal yang digali, semakin banyak kita mendesain, semakin banyak
pula pelajaran dan pengalaman yang akan kita dapat.
Beliau menuturkan bahwa
kita harus berani bermimpi. Arti mimpi disini ialah berani mengusung dan
mewujudkan gagasan kita, bukan dengan yang muluk-muluk, melainkan mencari hal
yang esensial. Dan menurut beliau mimpi kita dapat terepresentasikan lewat
gambar kerja berupa denah, tampak, potongan, dan gambar detil. Kita dapat
menggambarkan lebih detil lagi dari analisis-sintesis tentang bagaimana
penataan tiap ruangnya, aktivitas yang dilakukan disana, serta dapat
menggambarkan metode pelaksanaan dalam hal konstruksi. Apa saja materialnya,
apakah hasil rancangan kita dapat dibangun, serta ukuran mendetil tiap
ruangnya.
Han Awal juga
menjelaskan bahwa sebenarnya tak ada pakem yang diharuskan dalam melakukan metode
perancangan. Setiap arsitek mempunyai metode yang berbeda-beda dalam proses
perancangan mereka. Yang beliau terangkan hanyalah salah satu dari sekian banyaknya
metode. Metode analisis-sintesis secara mendetil dapat menggambarkan
kemungkinan-kemungkinan desain bangunan yang akan kita garap, karena dengan
melakukan metode tersebut kita tahu potensi apa yang ada pada tapak kita, entah
itu kelebihan ataupun kekurangannya. Dari runutan yang mendalam terkait hal
tersebut, pada akhirnya kita dapat mengambil sebuah keputusan yang efektif dan
maksimal berdasarkan metode analisis-sintesis yang telah dipaparkan oleh Han
Awal.
“Lakukan
semuanya dengan hati,” papar beliau di penghujung wawancara
sembari mengajak kami semua makan siang bersama.
Ditulis oleh:
Fahma Nurika Aisyah
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar