Sabtu, 08 Maret 2014

Yang Bernama Manusia

Ada kala kita harus mengerti, bahwa mungkin semua yang kita rasa hanyalah sebuah ilusi.
"Cinta tumbuh atas kejadian-kejadian." katanya.
"Cintaku padamu tak akan usang." katanya.

Ya, yang bernama manusia, amat dekat dengan kata yang disebut cinta. Amat dekat dengan buai kata yang mungkin bermakna, atau mungkin hanya bualan semata. Untuk itulah kesabaran tercipta, saat Tuhan menciptakan waktu untuk menemanimu mencerna segala.

Yang bernama manusia, tidak luput dari lupa. Lupa bahwa cinta bukan hanya tentangnya, lupa bahwa cinta bukan hanya tentang dua jiwa, padahal dunia dan seisi-Nya adalah bentuk cinta paling setia.

Yang bernama manusia, terkadang terlalu jatuh. Menganggap ia paling merana, karena tak ada jiwa lain yang menyapa. Menganggap hidupnya tak berirama, karena tidak ada belah hati yang menggoda.

Yang bernama manusia.... sepatutnya ia peka.
Peka terhadap makhluk-Nya,
peka terhadap dunia dan seisi-Nya,
peka bahwa kuasa-Nya selalu ada.

Peka bahwa dalam peluk-Nya,
jiwanya selalu terjaga.
Peka bahwa dalam peluk-Nya,
ia tak akan kenapa-kenapa.

(FNA)

______________________________________________________________________________