Senin, 23 Maret 2015

#1 Q&A: Pernikahan

Q: Apa aja yang terjadi beberapa waktu ini Fah?

A: Banyak! Hehe mulai dari marathon nikah (sepupu dan sahabat) yang tak diduga-duga. Adalah Iffah, teman sekelas di SMA yang walau beda geng tapi cukup dekat karena gue dulu suka bully dia heuheu bully dlm artian akrab. Jadi ceritanya, pas SMA dulu kita terbagi dalam geng-geng gitu. Geng-geng yang suka bikin onar (termasuk gue di dalamnya) dan geng-geng pinter (yang rajin kalem dan syahdu). Kalo gue pribadi sebenernya dekat dengan kedua kubu tersebut, kalo lagi pelajaran mainnya sm geng pinter, kalo udah bosen belajar pindah tempat dan ngobrol dengan geng satunya :p Kalo weekend ga ada kerjaan baca komik sm geng pinter ataupun marathon film sm geng yang satunya hahaha dan kedua kubu itu sering banget curhatnya ke gue. Dari yang aneh-aneh pacaran putus-nyambung, gosip pacaran di warnet (dulu nge-hits abis), pacaran beda sekolah, akademisnya kemudian turun, gimana cara tobat, belajar jahit, mau ikut lomba dll pada minta nasihatnya ke gue *cie emak-emak*. Walaupun memang gue lebih akrab dengen geng pembuat onar (sedih banget namanya, tp beneran kita suka bolak balik dipanggil BP hahaha) tapi dengan yang lainnya pun hubungan gue harmonis #cie elah.

Jadi, Iffah ini dulu nge-geng bareng Fikar, Hasna, Ulip, Hilmi, Tazkia, Haifa, Sosan, dan Puspita. Diantara mereka semua, Ipul (sapaan akrab Iffah) dan Fikarlah yang paling polos. Alhasil mereka berdua adalah sasaran empuk anak-anak sekelas buat diceng-cengin alias digoda-godain. Semua bermula di bulan Februari/Maret ya? Waktu itu Fiza bawa setoples coklat dari rumah, kita emang hobinya bawa makanan (mulai dari chuba, kuaci, pia, komo, kacang garuda, permen, sampe bawa alpukat dan pisau ke kelas hahaha). Karena anak-anak (re: geng gue) bosen nggak ada kerjaan, alhasil kita buat mini drama plus oplosan sinetron gitu. Jadi ceritanya tuh coklat adalah pemberian seorang cowok bernama Wadi yang kesengsem berat sama Iffah. Mulai deh sekelas heboh, kebanyakan udah pada tau itu boongan dan ikut mensponsori kejahilan kita, tapi perempuan-perempuan unyu dan polos itu banyak yang menganggap beneran haha ditambah kita minta Fidi (anak cowo) buat sok-sokan nelfon Iffah dan bilang bahwa dia adalah Wadi yang ngasih coklat (kurang bandel apa coba kita?). Seminggu hal itu jadi gosip paling hits seantero jagat sekolah *lebay*, ekspresi Iffah yang polos lucu imut dan kocak ngebuat temen-temen makin seneng ngegodain. Tapi akhirnya berita itu tenggelem karena dikalahkan persiapan UN. Kemudian kitapun beranjak lulus, kuliah, dan menjalankan kehidupan masing-masing, sang waktupun berlalu begitu cepat..

Hingga suatu ketika saat gue lagi tidur-tiduran dengan syahdu, istirahat dari kejaran deadline Perancanga, tiba-tiba HP gue bunyi, ada telpon masuk dari nomor yang tidak dikenal. Pas gue angkat, ternyata dari Ibunya Iffah yang bernama Tante Ina. Ada apa gerangan Tante Ina telpon?

"Halo Assalamualaikum Fahma, apa kabar? Ini Tante Fahma, Tante mau tanya..."
Ternyata Ibunya Iffah minta gue untuk dekor ruang kerja sekaligus kamar tamu di rumahnya, alhasil beberapa belas menit kita ngobrol soal Interior. Hingga pada akhirnya...

"Ini lho Fahma, tadinya tuh kamar ini buat dipake Iffah sama calon suaminya. Tapi ternyata nggak jadi karena mereka nantinya nggak tinggal disini. Yaudah jadinya dibuat kamar tamu aja sama ruang kerja gitu."

"Ooooh... Iffah mau nikah tante?" Sok cool padahal kaget.

"Iya Fahma Maret ini lamaran dan walimahannya, memang belum dikabarin ke temen-temennya, kayaknya Iffah masih malu-malu deh hihi doain ya..."

Habis ditelpon Ibunya Iffah gue bingung. Bingung mau nyebarin ke temen-temen sekelas tapi inget kata-kata Ibunya Iffah "Memang belum dikabarin ke temen-temennya." alhasil gue menahan diri buat teriak di grup WA "Guys, kabar heboh! Iffah mau nikah!!!" *haha sumpah lebay*

Hingga beberapa minggu kemudian kabar itu mencuat langsung dari Iffahnya dan semua heboh. Karena gue udah tau lebih dulu kehebohan gue udah habis hahaha dan kitapun langsung buat grup yang mempersiapkan kado untuk Iffah. Nama grupnya "KADO NIKAHAN IFFAH." Langsung saja main tunjuk Ais sebagai ketua, Anne sebagai wakil ketua, dan gue bendahara. Ow-ow lagi-lagi, selalu seperti itu. Kitapun kasih kado voucher belanja di Centro plus plakat istimewa ada gambar ilustrasi Iffah sama suaminya dan sebuah tulisan:

"Selamat Iffah. Akhirnya kamu menemukan Wadi-mu..." 
(tuhkan, kurang jahil apa coba kita?)

Hahaha selamat ya Iffah, memang nggak nyangka secepat ini, tapi kita semua bahagia banget! Semoga Iffah dan suami selalu dalam keberkahan nikmat dari Allah ya. Tetap jadi Iffah yang selalu ceria, selamat mengarungi kehidupan baru yang penuh dinamika, semoga Allah kuatkan dengan balut kasih sayang ya. Love ipul! :*

Jumat, 13 Maret 2015

Be strong!

Menjaga prinsip tidak pernah salah. Pandangan manusia yg seringnya menyakitkan dan mematikan. Be strong. Semua akan menjadi pembelajaran berharga yang mendewasakan. Tetap perjuangkan makna hidup, Allah akan selalu ada untukmu.

Selasa, 10 Maret 2015

Tulislah Agar Engkau Mengingatnya

1:08

Jari jemari mengetik dengan perasaan meluap. Inilah mungkin yang dinamakan kecewa kepada dunia. Manusia, keserakahan, emosi, jabatan, dan kesemuanya yang menggelikan. Semakin kau masuk dan menyelam, separah itulah sistemnya sudah membutakan. Kau akan lihat betapa kerdilnya manusia yang sudah melupakan hatinya ketika mengambil kebijakan, kau kan lihat seberapa busuknya aroma kepalsuan. Dusta, ia membantu semua berdasarkan kepentingan nafsu dunia. Ya, hal yang wajar ketika manusia mempunyai kepentingan, semua pasti memiliki kepentingan, hal yang aneh mengusik mengkritik "Ah dia punya kepentingan." Ya semua memang punya, hanya saja niatnya kemana, itu yang perlu dipertanyakan dan dikritisi.

Kau kan lihat bahkan dari lingkungan sekitarmu. Begitu mudahnya ia melonglong sendiri tentang kinerja di sekitarnya, tentang sistem pemimpinnya, namun tanggung jawab ia pada pekerjaannya pun sama saja. Kopong, hendak kemana ia pertanggungjawabkan ucapannya? Maka dari itu diri ini selalu memberikan sinyal risih dengan manusia yang terlalu banyak bicara, entah terasa begitu saja, mulutnya berbusa bergelimang prasangka, padahal ia harusnya berkaca.

Kau kan kecewa banyak selepas kau menjalani semuanya dengan mandiri. Kau kan belajar menerka, memang pada akhirnya sedikit sekali yang patut kau jadikan teladan. Rasulullah haruslah sebagai panutan utama. Ah... selalu rindu membayangkan bagaimana sulitnya Rasul membimbing ummat. Tak pantas aku menyerah. Semua untuk melanjutkan apa yang Rasul wariskan, semua untuk Allah. Semua, di dunia, sebagai pembelajaran, amal yang engkau bawa kelak.

Hari ini aku benar-benar kecewa. Malam ini aku berdebat sengit dengan salah satu pengajar di kampus tentang sebuah tanggung jawab. Kuutarakan dengan bijak, apa yang memang seharusnya disampaikan. Dan Ia banyak berdalih, tentu, apalagi yang dibicarakan selain alasan-alasan normatif dan pada akhirnya "Menganggap hal yang beliau lakukan adalah wajar." Tak heran mengapa tidak banyak terjadi perubahan disini. Karena semua takut menuju zona perubahan, terkulai nikmat di zona nyamannya masing-masing. "Ingin mendapat tapi tidak dengan rasa sulit, ingin mendapat tapi tidak dengan merasakan pahit." Itu perjuangan atau pendzoliman? Kenikmatan duniawi memang melenakan. Entahlah, aku benar-benar kecewa.

Rasa kecewa selalu kuutarakan disini, hanya untuk diriku. Untuk mereka yang kuberikan adalah kesabaran setelah aku selesai dengan apa yang ada dalam hatiku, kemudian menyaringnya dengan jernih dan bertanggung jawab dengan menyampaikan secara bijak. Sampaikanlah jika itu bermanfaat, walau hal pahit yang harus kau keluarkan, semoga menguatkan.

Di umur 21 tahun ini, aku belajar untuk semakin berani mengungkapkan apa yang aku pandang, apa yang kurasa salah, dan apa yang harus diselesaikan. Masalah kian menumpuk karena kita sebagai manusia tidak berani mengemukakan pendapat atau justru terlalu banyak mengungkapkan pendapat yang tidak penting. Maka dari itu perlulah seimbang, seimbang ilmu dan ucapan. Berucap setelah memikirkan, ilmu didapat karena berpikir. Berpikir sebelum berbicara..

Aku harus kuat! Allah yang akan menguatkan. Menyerah bukan tabiatku, karena Allah telah titipkan segala potensi yang dengan penuh syukur kuterima dan harus kuamalkan. Kerjakan semua dengan niat untuk Allah, bukan dengan fokus "mendapat balasan." Jika memang tak dunia, yakini di syurga. Jika memang tidak, yang terpenting adalah keyakinan bahwa Allah selalu bersama kita, pahit dan manis yang Ia beri ialah bentuk kasih sayang sebagai proses pembelajaran hambanya. Belajar siroh agar selalu ingat perjuangan Rasul dan Sahabat. Kuatkah kita?

"Promise yourself to be strong  that nothing can disturb your peace of mind."

Selamat berproses, Fahma Nurika Aisyah. Ingatlah, Allah yang akan menguatkanmu :)