Senin, 23 Desember 2013

Cinta-Nya Jauh Lebih Besar

Kisahku akan menjadi kisah yang menyedihkan. Penuh pilu yang terekam, penuh liku menghantam, kerinduan merasuk namun harus kutikam,  penuh pengorbanan saat hal itu harus kuhunus dengan tajam, kucabik dengan tega..

Namun kelakar tawa-lah yang kini mengisahkan. Kisah perjalanan panjang untuk menemukan arti, pedoman yang meyakinkan aku untuk terus bergerak, bergerak semata-mata untuk-Nya. Untuk Dia yang selama ini terlupa, untuk hidupku yang kuharap jauh lebih tertata.

Namun aku tak kan mengisahkan lebih jauh untuk saat ini. Aku hanya ingin rehat sejenak, merefleksikan hati dan diriku untuk jauh berpikir. Dua puluh tahun aku hidup, 20 tahun pula waktu terbuang percuma. Apa yang sudah aku beri? Apa yang sudah aku lakukan untuk mencintai dan mengasihi seluruh makhluk-Mu?

Tuhan... bila saja kau tak menyayangi aku, mungkin seluruh semesta sudah menghakimiku. Menghukumku dengan nista, karena memang senista itulah diriku.

Tuhan... bila saja kau tak mengasihi aku, mungkin seluruh dunia sudah melucutiku dengan berbagai macam kesalahan, berbagai macam caci maki, karena memang seburuk itulah aib dalam diriku.

Tuhan... bila saja kau tak meridhoi langkahku, mungkin kini aku masih terseok dan tersesat dengan kerisauanku. Bila tak ada nama-Mu seiring langkahku, mungkin aku sudah terperosok jauh ke dalam hingar bingar penuh kemaksiatan.

Source:Pinterest
Aku tahu masih sangat jauh untuk mendapatkan itu. Masih sangat jauh untuk menghapus compang-camping yang tertera di rongga hatiku. Tapi aku ingin berubah! Tak peduli seberapa besar hantaman manusia terdekatku, tak peduli seberapa besar rasa sakit yang harus kuterima. Tak peduli seberapa merana rasa kehilangan itu. Tak peduli seberapa tergoresnya kepercayaan itu...

Aku tetap ingin pulang. Aku tetap ingin berada di peluk-Nya. Aku ingin selalu berada dalam dekap kasih dan sayang. Karena aku tahu, karena aku benar-benar tahu...

Cinta Allah untukku jauh lebih besar dari segala cinta yang ada di dunia.

Selasa, 03 Desember 2013

Ngoceh Aja

Banyak yang ngira golongan darah gue O, padahal AB+. Terus pada nyeletuk "Aaah bohong, masa bukan O sih?" Terus gue penasaran, O itu tipe orangnya kaya apa. Pas gue nyari yang O kaya apa, ternyata pecicilan gitu hahaha berarti gue pecicilan ya. Padahal gue pendiem loh.

Terus, gue lahir di bulan Agustus. Katanya sih, orang yang lahir di bulan Agustus biasanya keren-keren. Udah banyak yang bilang kaya gitu, "Iya, biasanya anak Agustus tuh jenius dan kreatif." Aih bisa aja. :p

Kata orang juga, gue sanguinis. Padahal pas gue tarik ke masa lalu, gue itu anak yang pendiem (yang ini beneran). Tapi nggak pendiem-pendiem banget sih, cuma ya... ga se-enerjik sekarang. Hahaha bahkan gue sendiri lebih ngerasa gue ini melankolis. Tapi tergantung situasi dan kondisi sih, ke-semuanya mengisi di porosnya masing-masing.

Dan banyak yang ngira gue ini anak sulung, atau anak kedua. Padahal nyatanya gue anak bungsu. Muka gue keliatan kaya punya banyak adek ya? Hahaha padahal gue si bungsu yang paling manja dan sering bikin repot.

Kalo boleh menilai diri sendiri, gue paling nggak suka dengan sesuatu yang kelewat batas/berlebihan. Dan cara gue nunjukkin gue nggak suka adalah dengan bicara langsung/diem. Ya, boleh dibilang semakin bertambah umur gue semakin blak-blakan, atau tepatnya semakin berani mengemukakan pendapat dan pandangan gue. Tapi tentu dengan cara yang baik dan ada batasnya. 

Kalau itu tak berhasil? Cara terakhir adalah diem. Emang artinya apa kalo gue diem? Yap, berarti itu udah kelewat batas dan gue bener-bener nggak suka. Diem bisa lewat apapun, diem pas diajak ngomong, diem nggak bales pesan singkat, atau diem di media sosial. Intinya gue nggak akan merespon apapun itu. Itu kalo sesuatu itu udah bener-bener terasa mengganggu hidup gue. Sesuatu yang berlebihan, sesuatu yang... bener-bener nggak gue suka. Ya, kediaman seorang Fahma adalah bentuk ketidaksukaannya akan sesuatu.

Jadi kalo nemu gue diem? Ya, mungkin gue sedang memendam sesuatu yang nggak gue suka.