Kamis, 22 November 2012

Tanya

Malam ini banyak pikiran yang berkecamuk. Tekanan ada disana sini. Banyaaak sekali pertanyaan yang menghampiri, jadi seorang manusia harus kritis bukan?

Pertama, ada satu hal yang dari dulu jadi pertanyaan di benak gue. Sebuah budaya yang udah mengakar lama, mungkin puluhan tahun, di fakultas gue tercinta. Atau kalau mau lebih fokusnya, di departemen gue tercinta. Budaya yang gue ga ngerti sebenarnya esensi lebihnya apa. Budaya yang gue anggap, "ini konyol." tapi tetep harus gue lakuin demi sebuah arti yang disebut "peduli."

Gue ga ngerti, siapa yang bisa menjamin bahwa 2x24 jam bisa membuktikan komitmen seseorang dalam hal memimpin? Siapa yang bisa menjamin 2x24 jam membuktikan kesolidan atau kekompakan teman-teman satu angkatan? Siapa yang bisa menjamin semua yang ada disitu ngerti buat apa mereka kesana? Buat apa esensinya?

Kalau semua orang bisa mengerti manfaat lebihnya apa, gue bisa memaklumi budaya yang mengharuskan dilakukan sampai pagi. Bahkan gue pun yang istilahnya sering ikut yang kaya gitu, ga ngerti. Gue akan lebih merasa bermanfaat kalau waktu yang gue habiskan memang sebuah diskusi yang menghasilkan sesuatu. Mungkin di benak kalian, pikiran gue ini salah. Tapi memang begini yang terasa, ada yang bisa menjelaskan tentang ini?

Mungkin di benak kalian yang masuk lebih dalam pada tatanan itu berfikir gue sok. Sok ngerti apa yang ada di fakultas itu, di departemen itu. Sok banget ngomong panjang lebar, maaf kalau memang ada yang tersinggung dengan tulisan ini. Tapi gue hanya mencoba mengeluarkan hal terjujur yang ada dalam benak.

Gue cuma berpikir, waktu yang mereka gunakan untuk itu, kalau digunakan untuk mengerjakan langsung bukankah lebih bermanfaat? Yang gue tekankan disini, bukan kesalahan adanya organisasi itu, tapi sebuah sistem yang udah lama terbentuk. Akankah ada yang bisa menggantikan itu?

Gue sangat menghargai arti kebersamaan, rasa peduli satu sama lain, kekompakan, dan hal sosial lainnya. Tapi gue akan sangat kecewa, ketika apa yang gue kerjakan sebenarnya gue sendiri ga ngerti esensinya apa. Kalau esensi dari kegiatan itu ingin menunjukkan kepedulian satu angkatan, apa dengan hanya 2x24 jam? Apa kalau kita tidak datang dengan alasan yang syar'i kita di cap tidak peduli? Gue rasa itu konyol. Apa dengan kita datang bisa membuktikan bahwa tiap harinya kita peduli?

Gue semakin ga ngerti ketika inipun diangkat dalam forum angkatan. Yang setiap forumnya selalu ditanyakan "Kenapa kita gini?" "Kenapa kita gitu?" Dan jawaban terakhirnya, "Udah, dateng aja dulu, seenggaknya liatin rasa peduli kalian." Nah, ketika gue udah seringkali dateng, dan tiap prosesnya selalu gue pertanyakan, apa ini hal yang bisa menunjukkan bahwa kita peduli?

Apa saat kita ada pilihan lain yang kita rasa lebih penting itu menunjukkan kita tak peduli? Sebenarnya, maksud peduli yang disebutkan disini apa?

Ketika kita merasa tak cocok dengan sebuah sistem, apa kita tetap harus menjalankan demi sebuah formalitas belaka? Sementara kita tahu bahwa apa yang kita lakukan, itu akan lebih bermanfaat dibandingkan hanya datang di sebuah forum.

Guepun sebenarnya sedih, ketika gue berpikir ini, timbul satu pertanyaan juga. Terus lo maunya apa? Kalau memilih untuk tidak ikut campur, jelas itu tak bisa. Karena lagi-lagi memang mereka yang maju harus didukung, apa yang mereka lakukan ke depannya memang akan bermanfaat. Tapi mengapa sistem yang ada justru mematikan langkah? Kita mau terperdaya begitu saja dengan sistem yang sudah mengakar puluhan tahun itu, dan tidak bisa menolaknya? Miris, sekaligus konyol.

Kenapa gak lo yang coba buat ubah sistemnya? Gue coba, gue coba dengan hal-hal yang gue bisa. Gak dengan masuk dalam tatanan itu, tapi dengan terjun langsung ke arah yang lebih konkrit. Gue selalu mencoba berpikir jauh. Sebenarnya merupakan jalan yang sangat baik ketika mereka masuk ke organisasi itu, dan tiap detiknya dilakukan untuk pengabdian masyarakat. Itu kepedulian yang menurut gue sebenar-benarnya konkrit. Kalau kalian rasa tulisan ini sepele, dan timbul dalam benak kalian seperti: "Yaudah sih, lebay banget. Tinggal ikutin aja apa yang ada, itu malah nambah masalah kali." gue rasa pola pikir kalian udah terperdaya.

Sebenarnya ini akan sangat bersambung pada masalah-masalah lain. Malu ga sih, ketika kita menyandang label mahasiswa, kita tidak sekritis itu? Kita hanya rapat-rapat-diskusi-diskusi dan dilakukan sampai pagi, tapi tak ada hasil nyata? Nyadar gak sih pola pikir kita udah dimatikan oleh sebuah sistem?

Kalau kalian fikir untuk terjun langsung butuh sebuah wadah dulu untuk berlatih memang itu benar. Tapi akan salah ketika kalian masuk di dalamnya, kalian gak ada bedanya dengan mahasiswa yang nggak masuk dalam tatanan itu. Lalu, tanyakan, untuk apa kalian ikut? Perubahan apa yang kalian beri?

Coba tanyakan pula, apa uang yang teralirkan dari pusat lebih banyak untuk "menyenangkan" pihak-pihak yang bahkan mereka sendiri mampu untuk menyenangkan diri? Atau justru untuk masyarakat yang membutuhkan? Acara-acara yang dilabeli untuk "kesolidan" apa benar-benar bermanfaat? Ketika kalian berfikir ini tidak penting, sungguh kemurnian hati kalian harus dipertanyakan.

Gue rasa ini terlalu bercabang kemana-mana. Semakin kesini, gue semakin banyak melihat hal-hal yang ga gue ngerti. Semakin banyak pertanyaan, untuk apa gue lakuin ini? Untuk apa mereka lakuin itu? Apa manfaatnya? Apa benar seperti itu?

Sebagai manusia kita wajib menanyakan hal tersebut. Karena lagi-lagi, untuk apa kamu diciptakan? Bahkan ada atau tidaknya kamu, Allah tidak kenapa-kenapa.

Salam perubahan,
Fahma Nurika Aisyah

Jumat, 16 November 2012

Jeritan Manggarai

Ini adalah sebuah kisah dimana pertama kali kupijakkan kaki disini. Di sebuah tanah yang masyarakat sebut dengan Manggarai, dimana terdapat 864 kepala keluarga yang mencoba bertahan hidup. Sungai yang kotor, sanitasi buruk, bak sampah dengan bau menyengat, pengangguran yang merajalela, karakter anak yang buruk dan kehidupan seksual yang begitu miris. Itulah gambaran Manggarai.

Kulangkahkan kaki ini lorong demi lorong. Tak terbayang berapa ribu orang yang lahir dan bertahan hidup disini. Bisa bayangkan, 864 kepala keluarga? Belum bersama istri, anak, dan sanak keluarganya? Bisa bayangkan? Dalam satu rumah dihuni beberapa keluarga? Dalam satu rumah bertumpuk barang disana-sini? Sungguh tersayat hati ini, penuh malu menatap diri, kurang bersyukur apa aku?

Pertama kali aku kesini, aku coba pergi ke WC Umum yang ada disana. Lagi-lagi bisa kau bayangkan, kamar mandi untuk satu kawasan? Bisa kau bayangkan hidup di wilayah yang kamar mandinya tak nyaman, penuh lumut hijau, karat, dan air yang kotor? Bisakah kau merasakan? Bisakah kau bayangkan? Ini benar nyata adanya. Ini ada di dekatmu. Ini terjadi di sekitarmu. Suatu tanda tanya besar, yang sangat patut  dipertanyakan. Dimana hatimu? Dimana rasa pedulimu?

Ya, inilah hidup kawan... 
Banyak-banyaklah belajar dari mereka. Dari kawan-kawan kita di wilayah marginal. Dari manusia-manusia hebat di wilayah Manggarai.
Aku sempat terhenyak dengan pernyataan mereka saat pelatihan kerajinan bersama Kemenakertrans beberapa minggu lalu. Mereka bilang:

"Mbak, kita harus maju ke depan kan? Ngapain liat-liat belakang lagi, maju aja terus ke depan. Kita semua mau berkembang, ya kan mbak?"

Ibu, perkataanmu sungguh membuat hati ni penuh dengan lapang. Ibu tahu? Menurut informasi yang kucari, Manggarai merupakan tempat yang terbelakang. Banyak pengangguran disana,  bukan karena masyarakat yang tidak berusaha, namun mereka tak punya skill yang melayakkan mereka diterima kerja. Manggarai sudah sering menjadi ikon pemberdayaan. Saking banyaknya, pada awal kami menginjakkan kaki kesini, masyarakat tak percaya. Sampai-sampai kami harus menaruh semua barang di PAUD agar kalian percaya. Begitu banyak mahasiswa dan orang-orang berkepentingan yang datang ke Manggarai menjanjikan sesuatu. Namun pada kenyataannya mereka hanya datang, berjanji, mengambil informasi, setelah itu pergi. Sungguh geram melihat kenyataan yang seperti ini sering terjadi. Tapi melihat semangat kalian Ibu, kami terharu. Manggarai tak kan dikenang dengan sejarahnya yang kelam, justru bersama kita wujudkan Manggarai untuk berubah lebih baik.

"Perubahan, belum tentu menjadikan sesuatu lebih baik. Tapi tanpanya, tak ada pembaharuan, takkan ada kemajuan!" 
~Rumah Perubahan Rhenald Kasali

Begitulah, saat kita bisa terjun ke masyarakat, hal yang terasa adalah bahagia. Sangat sederhana, saat kau berbincang bersama mereka, bercanda gurau, sejenak meluangkan waktu untuk merasakan "Ruang Bernafas" untuk berbagi. Sungguh sederhana, dan bahagia. Saat percakapanmu melumer bersama mereka, renyah dalam derap tawa kehidupan. Saat ucap demi ucap masyarakat mengeluhkan apa yang terasa, disanalah kita ada.

"Sebaik-baiknya manusia adalah yang 
bermanfaat untuk orang lain."

Ya, sebaik-baiknya diri kita adalah yang mampu berbagi dengan orang lain. Sebaik-baiknya diri kita ialah melakukan kebaikan mulai dari sekarang, selagi muda. Memang saat muda, adalah saat terbaik kau bisa berusaha. Saat terbaik untuk berdarah-darah mengejar segala cita dan keyakinan yang menurut hatimu benar.

Bukankah malu yang terasa, jika dikala muda kau hanya habiskan waktu dan pikiran untuk dirimu sendiri, seperti:

"Belanja apa aku?"
"Nonton apa ya hari ini?"
"Buruan libur dong, capek dikasih tugas terus."

Sementara di hadapanmu ada suara hati yang menjerit,

"Dapat uang darimana aku untuk makan hari ini?"
"Bagaimana aku bertahan hidup untuk hari ini?"
"Bagaimana supaya aku bisa sekolah? Mengejar segala citaku?"

Sekian banyak jeritan, yang memerlukan dirimu untuk terjun langsung. Sekian banyak jeritan, yang butuh uluran cinta darimu. Cinta yang benar-benar cinta. Karena ketika kita cinta, banyak hal yang akan kita dapat. Karena ketika kita cinta.... kita tak akan pernah memikirkan balasannya apa.

Jangan pernah ragu dengan kekuatan berbagi. Karena ketika kita berbagi, kita tak kan merasa kekurangan. Jangan memikirkan "Apa yang akan kita dapat?" tapi selalu tanamkan, "APA YANG BISA KITA BERI?" Merasa terpanggil lah. Terpanggil oleh Tuhan untuk menebar kebaikan.

Satu hal, libatkan Tuhan di segala detik proses hidupmu. Karena hanya Dia-lah yang akan  selalu membukakan jalan untukmu.

"Mencoba mendengarkan apa yang tak terdengar....
Mencoba melihat apa yang tak terlihat...
Mencoba merasakan apa yang tak terasa..."



_________________________________________________________________________________


Senin, 22 Oktober 2012,

Fahma Nurika Aisyah
FT/Arsitektur Interior
1106003163
Dreamdelion Community Empowerment
@fhmNA
@Dreamdelion

Minggu, 11 November 2012

Janji

Tak kan pernah habis.
Walau setitikpun.
Menengadah tangan.
Doa dan harapan.
Jari jemari.............. menggapai angin.
Tatkala semua kan bermuara.
Pada satu alasan.
Satu kewajiban.

Bergeraklah!
Perbaiki dirimu.
Tatkala semua telah pasti.
Kehendak Allah yang beraksi.

Sadarlah!
Perbaiki dirimu.
Seraya semua meninggalkanmu.
Namun yakini, janji Allah itu pasti.

_________________________________________________________________________________

Tanyakan.

"Untuk apa kita diciptakan? Bahkan ada ataupun tidaknya kita, Allah tidak kenapa-kenapa."

Sabtu, 10 November 2012

Sepertinya

Minggu-minggu yang sangat padat namun terasa menyegarkan dan penuh bahagia.
Sepertinya, aku sudah mulai menghilang. Terasa sekali, betapa tak tahunya aku mengenai angkatan. Bukan karena tak ingin, namun lebih kepada: Hidupku kini terdedikasikan untuk yang lain. Aku bahagia di jalurku yang sekarang, yang terpenting tetap baik dan sayang kepada semua.

"Kita sudah seperti ini. Kita punya nama baik, tinggal itu saja yang kita jaga." -Bung Hatta

Di sisi lain tetap mengamati ada apa dan apa saja yang mereka lakukan. Terlihat agak condong ya, timpang. Tapi toh bukan sebuah kesalahan juga, karena yang sadar dan ingin ya mereka-mereka itu. Tinggal kita semangati dan dukung. Semangat! Walau raga tak ada disana bersama kalian, jangan merasa lelah untuk berjuang. Disaat kalian sudah menentukan pilihan, bekerja total lah. Jagalah amanah itu sebaik-baiknya. Pun ada rasa tak sanggup pun, jangan lari. Hadapilah apapun kenyataan di hadapanmu.

"Biarlah pandang orang yang dapat menjatuhkanmu. Berlalulah dari mereka seraya tetap berkarya. Orang hanya bisa ngomong doang." -FNA

Sepertinya juga, aku terlalu terlihat menaruh pandang buruk terhadap sesuatu. Namun sebenarnya biasa saja. Jadi, ya sudah tetap saja tapi seperti ini haha. Lebih seru.

Oya, 20 November ini aku mendapat sebuah tantangan. Namun tetap membuatku sangat bersyukur, sekaligus deg-degan. Aku menjadi pengganti Kak Via untuk menjadi pembicara YSC UI. Allah selalu mendengar doaku, untuk itu aku selalu tambah cinta kepada-Nya. Terimakasih Allah, tolong permudah segalanya, kehidupan dunia maupun akhiratku kelak. Tetap jadikan aku untuk selalu bersyukur dengan apapun ketetapan-Mu. Dan doaku harus dan selalu seperti ini:

"Tetap jaga hatiku sampai tepat pada waktunya. Biarkan dan izinkan aku berkembang dan memperbaiki diri." -FNA

Aku yakin atas kuasa dan sayang-Mu.
_________________________________________________________________________________

Fahma Nurika Aisyah
Dreamdelion Community Empowerment
Operational Manager
craftypreneur[at]yahoo.com
@fhmNA

Kamis, 01 November 2012

01 November 2012

Malam ini yang termimpikan adalah Jepang. Dengan segala jenis kreasi dan kreativitasnya, sangat ingin bertandang kesana. Insya Allah saat masih kuliah aku pasti kesana, pasti! :)

Malam ini juga, begitu banyak asupan syukur yang aku serahkan pada-Mu Allah, Terimakasih...
Terimakasih atas nikmat-Mu yang tak pernah redup.

Aku semakin belajar. Aku semakin bersyukur.
Syukur bahkan ada dalam segala kekuranganku.
Aku tahu bahwa masih banyak yang harus ditelaah dan diperbaiki.

Tentang semesta, mengaitkan semuanya dalam jiwa.
Tentang kuasa, kehendakmu terhadap usahaku.
Takdir sampai nasib, tangis sampai tawa..

Terimakasih Allah, untuk segala peluh keringat yang kau beri.
Untuk segala macam manusia yang hadir dan mengenalkan diri.
Untuk segala macam buruk yang pernah terjadi.
Untuk segala perubahan yang Insya Allah lebih baik lagi.

Depok, di segala cabang pemikiran
01Nov2012
Titik dimana aku akan lebih baik.
Semoga,

Fahma Nurika Aisyah
FTUI/Arsitektur Interior
@fhmNA
craftypreneur@yahoo.com