Jumat, 16 November 2012

Jeritan Manggarai

Ini adalah sebuah kisah dimana pertama kali kupijakkan kaki disini. Di sebuah tanah yang masyarakat sebut dengan Manggarai, dimana terdapat 864 kepala keluarga yang mencoba bertahan hidup. Sungai yang kotor, sanitasi buruk, bak sampah dengan bau menyengat, pengangguran yang merajalela, karakter anak yang buruk dan kehidupan seksual yang begitu miris. Itulah gambaran Manggarai.

Kulangkahkan kaki ini lorong demi lorong. Tak terbayang berapa ribu orang yang lahir dan bertahan hidup disini. Bisa bayangkan, 864 kepala keluarga? Belum bersama istri, anak, dan sanak keluarganya? Bisa bayangkan? Dalam satu rumah dihuni beberapa keluarga? Dalam satu rumah bertumpuk barang disana-sini? Sungguh tersayat hati ini, penuh malu menatap diri, kurang bersyukur apa aku?

Pertama kali aku kesini, aku coba pergi ke WC Umum yang ada disana. Lagi-lagi bisa kau bayangkan, kamar mandi untuk satu kawasan? Bisa kau bayangkan hidup di wilayah yang kamar mandinya tak nyaman, penuh lumut hijau, karat, dan air yang kotor? Bisakah kau merasakan? Bisakah kau bayangkan? Ini benar nyata adanya. Ini ada di dekatmu. Ini terjadi di sekitarmu. Suatu tanda tanya besar, yang sangat patut  dipertanyakan. Dimana hatimu? Dimana rasa pedulimu?

Ya, inilah hidup kawan... 
Banyak-banyaklah belajar dari mereka. Dari kawan-kawan kita di wilayah marginal. Dari manusia-manusia hebat di wilayah Manggarai.
Aku sempat terhenyak dengan pernyataan mereka saat pelatihan kerajinan bersama Kemenakertrans beberapa minggu lalu. Mereka bilang:

"Mbak, kita harus maju ke depan kan? Ngapain liat-liat belakang lagi, maju aja terus ke depan. Kita semua mau berkembang, ya kan mbak?"

Ibu, perkataanmu sungguh membuat hati ni penuh dengan lapang. Ibu tahu? Menurut informasi yang kucari, Manggarai merupakan tempat yang terbelakang. Banyak pengangguran disana,  bukan karena masyarakat yang tidak berusaha, namun mereka tak punya skill yang melayakkan mereka diterima kerja. Manggarai sudah sering menjadi ikon pemberdayaan. Saking banyaknya, pada awal kami menginjakkan kaki kesini, masyarakat tak percaya. Sampai-sampai kami harus menaruh semua barang di PAUD agar kalian percaya. Begitu banyak mahasiswa dan orang-orang berkepentingan yang datang ke Manggarai menjanjikan sesuatu. Namun pada kenyataannya mereka hanya datang, berjanji, mengambil informasi, setelah itu pergi. Sungguh geram melihat kenyataan yang seperti ini sering terjadi. Tapi melihat semangat kalian Ibu, kami terharu. Manggarai tak kan dikenang dengan sejarahnya yang kelam, justru bersama kita wujudkan Manggarai untuk berubah lebih baik.

"Perubahan, belum tentu menjadikan sesuatu lebih baik. Tapi tanpanya, tak ada pembaharuan, takkan ada kemajuan!" 
~Rumah Perubahan Rhenald Kasali

Begitulah, saat kita bisa terjun ke masyarakat, hal yang terasa adalah bahagia. Sangat sederhana, saat kau berbincang bersama mereka, bercanda gurau, sejenak meluangkan waktu untuk merasakan "Ruang Bernafas" untuk berbagi. Sungguh sederhana, dan bahagia. Saat percakapanmu melumer bersama mereka, renyah dalam derap tawa kehidupan. Saat ucap demi ucap masyarakat mengeluhkan apa yang terasa, disanalah kita ada.

"Sebaik-baiknya manusia adalah yang 
bermanfaat untuk orang lain."

Ya, sebaik-baiknya diri kita adalah yang mampu berbagi dengan orang lain. Sebaik-baiknya diri kita ialah melakukan kebaikan mulai dari sekarang, selagi muda. Memang saat muda, adalah saat terbaik kau bisa berusaha. Saat terbaik untuk berdarah-darah mengejar segala cita dan keyakinan yang menurut hatimu benar.

Bukankah malu yang terasa, jika dikala muda kau hanya habiskan waktu dan pikiran untuk dirimu sendiri, seperti:

"Belanja apa aku?"
"Nonton apa ya hari ini?"
"Buruan libur dong, capek dikasih tugas terus."

Sementara di hadapanmu ada suara hati yang menjerit,

"Dapat uang darimana aku untuk makan hari ini?"
"Bagaimana aku bertahan hidup untuk hari ini?"
"Bagaimana supaya aku bisa sekolah? Mengejar segala citaku?"

Sekian banyak jeritan, yang memerlukan dirimu untuk terjun langsung. Sekian banyak jeritan, yang butuh uluran cinta darimu. Cinta yang benar-benar cinta. Karena ketika kita cinta, banyak hal yang akan kita dapat. Karena ketika kita cinta.... kita tak akan pernah memikirkan balasannya apa.

Jangan pernah ragu dengan kekuatan berbagi. Karena ketika kita berbagi, kita tak kan merasa kekurangan. Jangan memikirkan "Apa yang akan kita dapat?" tapi selalu tanamkan, "APA YANG BISA KITA BERI?" Merasa terpanggil lah. Terpanggil oleh Tuhan untuk menebar kebaikan.

Satu hal, libatkan Tuhan di segala detik proses hidupmu. Karena hanya Dia-lah yang akan  selalu membukakan jalan untukmu.

"Mencoba mendengarkan apa yang tak terdengar....
Mencoba melihat apa yang tak terlihat...
Mencoba merasakan apa yang tak terasa..."



_________________________________________________________________________________


Senin, 22 Oktober 2012,

Fahma Nurika Aisyah
FT/Arsitektur Interior
1106003163
Dreamdelion Community Empowerment
@fhmNA
@Dreamdelion

Tidak ada komentar:

Posting Komentar