Sabtu, 21 Juni 2014

Ketika Luka Menyapa

Aaaaah!
Sungguh kasihan sekali anak ini. Hidupnya tak bisa merdeka, menuangkan apa yang terasa di hatinya saja tak bisa. Ia takut perpecahan, Ia takut peperangan. Baginya diam lebih baik, daripada ada hati manusia yang harus terkorbankan.

Aaaah! Sungguh tersiksa hati anak ini. Mengumpul-mengumpul-mengumpul, semua hal yang terasa. Menelan! Baginya hidup kini menyebalkan. Suruhan-tekanan, baginya manusia ingin enaknya saja. Sendiri.

Baginya semua palsu. Kasihan anak ini, sama sekali tak bisa Ia hapuskan pikiran itu dalam benaknya. Ia terus saja memaksa, memaksa, memaksa, memaksakan dirinya untuk terus percaya. Bahwa memang benar ini murni adanya.

Bolehkan Ia merasakan hilang? Kemudian ia berkelana ke dalam dunianya, yang selama ini menjadi banyak tanya, kemudian ia menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Kemudian timbul penyesalan kepada luka lama? Aih.. anak ini penuh dengan egonya.

Sungguh, anak ini ingin mengikis seluruh hatinya. Mengikis rasa kecewa pada fakta dunia. Apa yang dilihatnya, yang didengarnya, yang dirasanya....... kepalsuan manusia. Benci, benci setengah mati.

Kuat-menekan-menekan. Sampai kapan anak ini sanggup untuk terus bertahan? Mungkin masih ketika anak ini masih terus berusaha. Apapun yang terjadi, Ia hantam saja. Tapi bagaimana bila Ia terluka? Ia pasti akan selalu memaafkan, tapi bagaimana dengan perasaan alam bawah sadar? Ia meraung-raung.. meraung-raung..

"Ia tidak melihatmu murni adanya! Ia tidak akan ada di sampingmu ketika kamu terluka!"
"Tapi bagaimana dengan diriku yang selalu ada untuknya?"
"Itukan kamu! Kamu tahu apa yang ada di hatinya?"
"Tidak! Sampai akhir hayatku aku tetap harus mengasihi sesama, sejahat apapun mereka!"
"Ini dunia! Kamu harus tau bahwa dunia itu hanya semu, penuh dengan kepalsuan!"
"Biar! Untuk itulah aku hidup. Aku tak mau dengar ucapmu lagi!"
"Silakan saja, kamu mati dengan kebaikanmu sendiri."

Benarkah? Benarkah semua manusia seperti itu.. Mereka tidak akan menerimamu ketika kamu terjatuh? Tak akan ada di sampingmu ketika kamu butuh? Atau sungguh, semua hanya kebalikan dari benak pikirmu? Apa kamu yang terlalu berharap kepada manusia? Apa ketika ada luka kamu menghadap pada mereka bukan pada Tuhanmu? Maka dari itu kamu kecewa..

Begini ya rasanya kecewa. Begini ternyata posisinya ketika kamu sebagai seorang manusia, membantu sesama, berbagi, mengasihi, bahkan merawatnya. Hingga disaat mereka bangkit, ia melupakan kamu. Lalu kamu balik terjatuh, kamu seperti mengais perhatian, kasihan.. tak ada sedetikpun niatnya untuk benar-benar mendampingimu. Sibuk-semua sibuk urusannya sendiri. Bahkan diri sendiri sibuk- sibuk berpikir tentang orang lain yang bahkan merekapun sama sekali tidak memikirkanmu.

Ooh.. inilah kenapa banyak orang yang meragukannya. Sebuah kemurnian hati dari persaudaraan. Karena di dalamnya banyak sekali ranjau-ranjau penyakit hati. Ya seperti ini, ketika merasakannya hatimu seperti diiris perih. Ketika merasakannya tak kunjung pulih.

Allah... kembalilah anak ini pada-Nya. Hanya dengan mengingat-Nya, luka akan menjadi sabar, perih menjadi amal, perjuangan menjadi proses pembelajaran. Kamu harus percaya bahwa luka hanyalah respon hatimu terhadap perlakuan orang lain. Santai saja, sederhanakan saja luka itu. Memaafkan hatimu dulu, maafkan orang lain, lalu berserah diri pada-Nya. Allah yang Tahu, Allah Maha Tahu..

Tahu kuncinya? Kembalikan jiwamu pada-Nya, dan orientasi hatimu pada kehidupan akhirat. Semua akan dipermudah oleh-Nya.. Kembali semangat!

Jumat, 13 Juni 2014

Dua Sisi

Fahmaaaaaaaaaaaaaaaa! Apa kabar heeey cewek aneh :p
Hahaha gimana kabarnya? Banyak cerita kaan? Banyak banget pasti yaa. Tunggu tunggu dulu ceritanya ya sampai batas yang ditentukan. Beberapa minggu ini ngerasa jd org yang "nggak waras" ya? Gimana rasanya? Gimana rasanya jatoh? Gimana rasanya merasa paling bodoh? Gimana rasanya jadi banyak mikir? Gimana rasanya diobok-obok jiwa dan pikiran? Semua itu.... jawabannya masih berjalan sampai kini kan?

Heeeey Fah, rasanya kamu harus balik lagi banyak baca buku deh. Itu rasa gelisah sama takut kok lebih menang ya daripada ketenangan sama ketentraman? Katanya, kalau orang suka gelisah tanda-tanda Ia lagi jauh sama Tuhannya lho, nah loh... Intropeksi diri dan hati yuk Fah :)

Jleb! Banyak banget yang jleb jleb jleb akhir-akhir ini ya? *Ini bahasa apa* Haha urutin aja nanti satu-satu apa yang mau kamu utarain, gapapa, jangan takut lah, namanya juga proses pembelajaran :)

Ada memang hal-hal yang tidak menjadi selera kita, tp barangkali itu justru cambuk paling baik untuk hidup kita. Ya kan? Saking banyak mikir sampe kecelakaan, itu juga tanda kuasa dari-Nya lho... diingatkan :)

Ayolah.. hey cewek aneh, yang suka ga fokus, di titik ini banyak belajar kan? Ayo Fah, kamu bisa! Diri kamu yakin kok kamu bisa. Manusia lain bisa aja patahin semangat kamu, patahin mimpi-mimpi kamu. Tapi kamu tau apa yang kamu yakini benar! Poles, benahi, benahi, benahi. Fahma itu kuat. Dan Fahma pasti memilih untuk menjadi kuat! Go Fahma Go!! :D