Jumat, 28 Desember 2012

Awal hidup baru: Dreamdelion

"....Langit ada dalam bingkai mata.
Hempasan angin terasa sejuk dalam sebuah perjalanan.
Tatkala deru itu melaju dengan kencang, semua seakan terekam dengan jelas.
Rerintikan hujan menyapa, memejamkan mata.
Rasa ini, senyum ini, tolong sampaikan pada mereka.
Langit, angin, hujan, pepohonan, dan wewangian yang tercipta...
Ingatkanku akan banyak rasa.
Seketika, sekelebat.
Bahagia."
:)
_________________________________________________________________________________

Aku tak pernah menyangka. Faseku sampai pada tahap ini. Pada dunia yang tak terlalu aku kenal sebelumnya. Dulu, saat aku melihat mereka, yang terpikir dalam benak hanyalah rasa kagum. Tak pernah terpintas di dalam sini bahwa aku akan mengenal mereka, mengobrol kian lama dan saling berbagi kisah. Terpintas sedikit, namun dalam rentang waktu yang sangat lama, itu pikirku dulu.

Memang benar, rutinitas kampus, terutama jadwal kuliahnya, membuatku mematikan langkahku untuk menggapai mimpi. Segala jenis organisasi dan kepanitiaan menggelutiku dari hari ke hari, memaksaku mengubah pola pikir bahwa: Aku akan menggapai segala mimpiku setelah lulus nanti. Ditambah dengan alasanku dengan jadwal kuliah yang super padat, yang tiap harinya tak jauh dari kata 'tak tidur'. Dunia malam memang jadi akrab dengan kehidupanku, bukan dalam arti yang buruk. Namun pulang pukul 11 malam bukan suatu hal yang aneh lagi kini.

Namun aku tahu persis hatiku berontak. Aku tak suka dengan keadaan seperti ini, apalagi dengan jadwal pulang malam yang menurutku tak wajar untuk seorang perempuan. Ibu dan Ayah selalu menekankan padaku sejak aku kecil bahwa perempuan yang pulang malam itu tak terhormat. Itu yang selalu tertanam dalam benak, dan rasa khawatir dan enggan selalu hadir saat keadaan 'memaksaku' untuk pulang malam.

Aku tahu persis aku harus menentukan sebuah sikap. Prinsip. Yang harus kuutarakan dengan tegas, pada siapapun. Bahwa aku tak ingin lagi seperti dulu. Pulang malam yang menjadi suatu hal biasa, yang kebanyakan isinya tak terlalu bermanfaat. Aku ingin menentukan sebuah sikap, untuk perubahan diriku yang lebih baik.

Hingga pada akhirnya aku menentukan sebuah pilihan, yang berhubungan erat dengan kehidupan kampusku. Entah itu organisasi, kepanitiaan, teman-teman angkatan, studio, dlsb. Pada akhirnya selalu begini ritme hidupku, mengambil jalur yang berbeda dari teman-teman lainnya. Aku menentukan sebuah sikap, aku ingin aktif di luar. Aku tak ingin terikat dengan segala jenis sistem dan proker yang menurutku mematikan langkahku menggapai segala impianku, yang dengan indahnya terbingkai rapi di dinding-dinding kamarku. Aku ingin tetap aktif namun membawa dampak yang luas untuk yang lainnya.

Organisasi dan kepanitiaan yang aku ambil dulu jelas membawa banyak manfaat untukku, namun tetap ada sisi yang mengharuskan aku untuk tak turut serta lagi di dalam sana. Aku merasa tak berkembang. Aku ingin melihat hal yang lebih luas lagi. Aku ingin merasakan lebih banyak lagi. Aku ingin belajar dan berbagi lebih dan lebih banyak lagi. Mengejar impianku sebisa mungkin dari sekarang, dan untuk itu aku harus keluar dari kandang tempatku menetap sementara, dari zona nyamanku.

Untuk itulah sekarang aku berada disini, di sebuah naungan yang benar-benar wadah untuk segala jiwaku, diriku. Sebuah naungan yang mengajariku banyak hal, banyak pengalaman, banyak rasa.
Mengajariku lebih lagi akan arti sebuah kesederhanaan...
Kesederhanaan dalam berbagi. Menciptakan kebahagiaan, keakraban, suka duka, canda tawa, tangis, pengorbanan, komitmen, pilihan, pandangan manusia, caci maki, pujian, saran, ujian, dan segala macam hal lainnya. Disinilah aku merasakan hidup yang benar-benar hidup. Disinilah semangat untuk berkarya dan berbagi terus terlecut dalam diri. Aku merasa hidup!
Untuk itulah kini aku disini, sebuah rumah tempat aku berbagi, dengan saudara-saudara sehidup semati, 

"Dreamdelion..."
Akan aku tulis sajak-sajak hidup bersamamu. Ini baru lembar yang pertama. Akan ada banyak kisah lainnya. 

________________________________________________________________________________

"Langit ada dalam dekapan mata.
Dan dengan jelas pelangi itu terbentuk disana.
Berawal dr rintikan hujan, pada akhirnya aku tahu kita akan bahagia."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar