Sabtu, 05 Februari 2011

Peluk dia, Tuhan


Nestapa menggelayuti hatinya. Badai tetap menerpa angannya.
Memporak-porandakan seluruh jiwa raga.
Kilat kristal tak pernah mati, mengiringi tiap perjalanan diri.
Kabut menjelma di hatinya, membuatnya mengulang buta dan lupa.
Mengulang rasa duka yang mengiba.
Tuhan...
Izinkan dia kembali.
Seraya nama-Mu terlontarkan, menyeruak dalam menerobos dinding-dinding tajam.
Peluk dia, Tuhan..
Izinkan langkahnya mengetuk kembali pintu maaf-Mu..

1 komentar:

  1. sastrawan ya gan...
    hebat
    sastranya menyatu di setiap baris tulisannya...
    butuh tulisan seputar ilmu ekonomi kunjungi repository unand :
    jurnal ekonomi andalas

    BalasHapus