Sabtu, 02 Juni 2012

Rutinitas

Selamat pagi minggu! Udah minggu aja ya. Minggu kemarin sedang sibuk-sibuknya perang tentu saja. Perang yang menyenangkan haha karena banyak belajar. Yap minggu kemarin anak interior lagi pada sibuk ngurusin UAS. Dan gimana dengan tugas UAS gue? Hmm... ya begitulah. Gue udah pasrah. Tapi yang terpenting gue banyak dapat pelajaran selama proses berlangsungnya. Dan ada sebuah kejadian yang sebenarnya amat menyentak kita semua, dan benar-benar: "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga"

Gue nggak habis pikir dengan kejadian itu. Kasian, banget. Miris, pasti. Gak bisa ngomong? Nggaktau mesti ngomong apa, cuma yang keluar dari semua anak "Ya Allah... Ya Allah.." Kehilangan ya. Meski gue gatau apa semua merasa kehilangan, atau ada satu dua anak yang merasa gembira atas kejadian itu. Entahlah. Semoga ke depannya untuknya baik-baik saja. Dan Interior tetap lengkap dan menyenangkan.


Sampai detik ini masih terbayang kata-kata bijak yang disampaikan mbak Vera. Walau mungkin ada beberapa yang gak suka kata-katanya, tapi menurut gue kata-kata ini berkesan,

"Aku nggak mungkin menutupi kenyataan tentang kalian hanya untuk membuat kalian senang kan?"

diem.

"Ini semata-mata untuk proses pembelajaran kalian."

Akhir-akhir ini ada pemikiran tentang ketiga fasil ini. Dan dengan ryfa-lah, gue membicarakannya. Yah banyak hal yang tersampaikan. Gue berpikir, latar belakang apa yang membedakan cara mengajar Mbak Uci dengan Mbak Vera?

Mbak Uci dengan tipenya yang murah hati memberi ilmu, memberi kertas berisi notasi bangunan. Sementara Mbak Vera, tipe yang berbeda. Ia mendidik kami dengan mandiri, mencari tahu segalanya sendiri. Contoh:
"Mbak Vera, kalo gini gini gini gini blablabla.. bener nggak mbak?" dan dengan gaya khasnya Mbak Vera cuma jawab, "Menurut kamu?"

Kadang melas pas di tanya gitu haha tapi keduanya punya sisi baik masing-masing kok. Ketiganya! :>
Gue juga mikir, selama ini banyak banget ngeluh. Tugas ini-itu. Ngeluh ini-itu. Alasan lelah ini-itu. Tapi mari kita ubah posisinya di ketiga fasil ini. Bagaimana rasanya mereka mengajar kita? Pikirkan saja sendiri. :p

Ohya ada satu lagi, mulai hari ini gue nggak mau lagi turut campur dalam hal-hal yang nggak jelas. Sabodo deh orang mau ngomong apa, yang terpenting gue tetap berjalan menuju hal yang baik-baik, berproses baik dengan keyakinan hasil akan baik, menyayangi hidup gue dengan baik, melayani orangtua dengan baik, menyayangi sahabat-sahabat gue dengan baik, mensyukuri tiap hidup gue yang alhamdulillah Allah berikan selalu yang terbaik. Baik bukan berarti nggak ada keburukan disana. Keburukan bila dipandang baik tetap pasti ada kebaikannya. Segala sesuatunya mengapa harus dianggap sinis?

Hidup yang hidup adalah hati yang bahagia.
Hidup yang mati adalah hati yang penuh dusta, iri, dan benci.
Hanya kecemasan yang akan datang, ketidakpuasan akan kesempurnaan nikmat yang Ia beri.
Kesinisan akan berlalunya waktu.
Hargailah sebuah proses, sebagaimana kamu menghargai diri sendiri.
Hargailah sebuah proses, sebagaimana kamu menghargai orang lain.
Hargailah sebuah proses, sebagaimana proses itu memang baik untukmu.

"Acuhkan saja segala pandang dan masukan yang hendak menjatuhkanmu. Ambil bila ada yang baik. Biarkan saja mereka mengoceh seraya kamu tetap melangkah menggapai mimpi. Kamu adalah kamu dengan segala potensi yang Ia beri. Kamu adalah kamu yang dapat berarti. Kamu adalah kamu yang begitu spesial. Karena kamu diciptakan di dunia ini hanya satu. Kamu! Melangkahlah dengan pasti. Melangkahlah dengan percaya diri!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar