Kamis, 09 Januari 2014

Ketika

Aku sering bertanya pada kesunyian, apa ramai seindah itu?
Aku juga sering bertanya pada keramaian, apa sunyi sesakit itu?
Lupakan tentang itu. Hari ini, aku kembali mengunjungi rasa sunyi.
Rasa yang mungkin sudah terlalu lama aku lupakan.
Ya, 34 menit aku habiskan untuk sekedar duduk diam di peron stasiun Manggarai.
Hanya untuk melihat, mencerna, mendengar, dan merenung.
Tentang aku, dan kehidupanku.

***

Mungkin terkadang orang menganggap aku aneh. Tapi, aku selalu suka seperti ini. Aku selalu suka untuk mengunjungi rasa sunyi. Kesunyian itu mendewasakan, menurutku. Aku suka bercengkrama dengan diriku sendiri. Aku suka melihat langkah manusia berjalan di depanku. Aku suka mendengar bunyi kereta yang datang. Aku suka melihat kereta yang melaju dengan kencang, ingin rasanya menggapai kereta itu, terbawa lajunya, sampai jiwaku bisa terbang bersamanya. Aku suka kesunyianku di tengah hiruk pikuk lalu lalang manusia.

Hari ini bukan tentang pemikiran-pemikiran dalam. Hari ini hanya sekedar rehat. Melihat gerak-gerik manusia yang beragam. Hanya melihat itu saja, hatiku sudah jauh lebih tentram. Hanya mendengar bisingnya manusia saja, hatiku jauh lebih nyaman. Mungkin karena alunan lagu sendu yang aku putar berulang-ulang, ia mampu menenggelamkanku ke dalam pikiranku sendiri.

Aku tidak tahu ini bernama apa. Yang aku tahu, ketika aku mengunjungi rasa sunyi, aku mengingat itu lagi. Tapi keadaannya sudah jauh berbeda. Yang jelas, aku tahu, semua ini sudah berubah.

Tapi.. harus sampai kapan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar