Selasa, 23 April 2013

Curhat Selasa

Dzat Yang Maha Sempurna, Fahma ingin menuangkan segala yang terasa. Insya Allah bukan sekadar basa-basi belaka yang tak ada arti, melainkan damba akan sebuah jawaban dari sebuah kegelisahan yang hadir. Menelan-meremas-mengoyak-membuncah-semuanya.
_________________________________________________________________________________

Akhir-akhir ini, kegelisahan itu selalu hadir. Lebih sering waktunya dibandingkan dulu. Kegelisahan yang aku bahkan tak sanggup melukiskannya, karena akupun juga tak tahu itu apa. Ini jelas semakin mengusikku. Tapi aku tahu kegelisahan itu membawaku ke pemikiran-pemikiran yang amat bercabang. Aku rasa intensitasku sebagai seorang pemikir bertambah. Itu asumsiku, namun nyatanya aku selalu merasa lelah.

Aku terbawa oleh rasa gelisah. Dan ia benar-benar menakutkan. Aku takut, benar-benar takut. Karenanya aku melenceng menjadi pribadi yang cuek, mungkin sudah kelewat batas cuek. Mencoba melanggar aturan-aturan umum yang ada. Masuk kuliah tidak tepat pada waktunya, mengerjakan tugas kuliah malas-malasan, mengerjakan tidak dengan tujuan dan ambisi, biasa saja. Tidak penting. Tidak aku yang seperti dulu.

Serius, aku bosan. Aku jenuh, dan semua itu hanya untuk satu hal, kuliah. Rasanya aku terlalu terbawa dunia baru yang kini menggelutiku. Tapi tidak juga, tapi apakah aku merasa kehilangan? Atau aku yang coba menghilangkan? Rasanya aku tak ada jiwa saat menjalankan kuliah. Kosong.


Setelah kupikir-pikir, aku baru menyadarinya. Aku tidak menemukan euforia semangat dan saling menyemangati di dunia kuliah, tepatnya studio. Beda sekali dengan masa-masa SMA. Itu mungkin rasa kehilangannya. Aku tak menemukan detik-detik selain mengerjakan tugas, melepas canda tawa misalnya. Kabur-kaburan bersama misalnya. Kini semua rasanya terlalu terkungkung, benar-benar patuh akan sebuah sistem yang menyiksa. Memang aku anak yang lebih suka pada kebebasan, namun bukan berarti aku anak yang ugal-ugalan, bukan berarti juga aku anak yang patuh. Aku hanya selalu mencari, merasa haus akan hal-hal di sekelilingku. Aku tidak bisa duduk diam, bukan tipeku. Aku harus gerak sana-sini, melihat sana-sini, mendengar sana-sini, merasa sana-sini, bukan terus-terusan duduk di atas meja. Di borgol oleh meja, disumbat oleh kata-kata mereka. Aku bosan!

Baik atau buruknya tindakanku bagiku tergantung waktu. Aku rasa ini mengacu pada keduanya. Buruk, jika aku terus-terusan seperti ini. Baik, jika pada akhirnya aku menemukan jawaban dan kembali pada ritme semangatku. Begitukah? Itu hanya asumsiku.

Ya, aku butuh sesuatu yang baru. Aku butuh ilmu-ilmu baru. Aku butuh bacaan-bacaan baru. Aku merasa bodoh. Aku merasa itu-itu saja dalam hal menggali ilmu. Tentu salahku, karena aku tak manfaatkan waktu. Tentu salahku, karena aku malas. Kenapa fah? Kenapa malas sekali? Entahlah, aku tak ada jiwa disini. Tapi aku akan selalu berusaha, akan aku serap sedikit demi sedikit. Tidak, akan aku coba lebih cepat. Ini untuk Allah, untuk Ayah dan Ibu, tentunya juga untuk diriku. Bismillah..

1 komentar:

  1. that was me and that is me now. Mungkin memang benar semesta sedang gencar-gencarnya berkonspirasi akhir-akhir ini. hah

    Coba ikutan kegiatan kemahasiswaan yang ada di lingkungan non-akademik, pasti akan menambah pengalaman, teman, dan "dosen-dosen" baru. :)

    BalasHapus