Jumat, 22 November 2013

Ibu

Keceriaan ini memang tak pernah luntur pada wujud fisik, namun nyatanya akhir-akhir ini hal itu tergerus habis. Bukan di luar, tapi di dalam sini. Mungkin hanya beberapa hari ini saja, ketika kesedihan itu hadir. Mungkin hanya beberapa hari ini saja, ketika kesadaran sebagai anak perempuan satu-satunya tiba-tiba meningkat tajam. Itu sebabnya aku harus sesering mungkin untuk bergegas pulang ke rumah. Itu sebabnya aku harus secepat mungkin beradaptasi kembali, menyiapkan segalanya..

Malam tadi, akhirnya aku bisa tidur berdua lagi dengan Ibu. Aku kangen masa-masa aku dimanja, tapi kali ini keadaannya berbeda. Di usia Ibu yang sekarang, justru aku memposisikan diri untuk menjadi anak perempuan yang bisa Ibu andalkan. Mendengarkan dengan seksama apa yang hari ini Ibu lakukan, mendengarkan dengan seksama apa yang menjadi keresahan Ibu. Dan itu cukup membuatku bertekad untuk sebisa mungkin membahagiakan Ibu. Untuk sebisa mungkin menutup segala keresahan-keresahan kecilku, entah tentang akademis atau apapun..

Aku ingin menjadi anak perempuan yang bisa diandalkan untuk kelak membawa Ayah dan Ibu ke syurga. Aku ingin menjadi anak perempuan yang mereka banggakan. Aku ingin Ayah dan Ibu tak perlu khawatir dengan masa tua mereka, karena akan selalu ada anak perempuan yang menjaga dan merawat mereka..

Untuk itu aku harus lebih bisa mengatur segala aktivitasku. Untuk memoles compang-campingnya waktuku yang kebanyakan tak bermanfaat. Untuk bisa bangun lebih pagi membantu beberes rumah. Untuk bisa lebih dan lebih lagi menjadi anak bungsu yang jauh lebih dewasa. Aku sadar sesadar-sadarnya tugas seorang wanita. Aku sadar bahwa Ibuku sungguh luar biasa dalam mendidik dan membimbing aku.

Bu.. Fahma tau Fahma masih sering membebani Ibu. Fahma belum rutin membantu. Alasannya karena sibuk ini, sibuk itu. Tugas Arsitektur yang ini, dan tugas Arsitektur yang itu. Padahal Fahma tahu, ketika Fahma mau untuk lebih komitmen pada diri sendiri, tugas rumah akan tetap bisa Fahma kerjakan..

Bu, Fahma tak ingin mengecewakanmu. Fahma bahagia sekali ketika semalam bisa lebih banyak mendengarkan petuah yang menenangkan dari Ibu.. Cukup Fahma mengingatnya di hati, dan segera mengerjakan apa yang Ibu ajarkan kepada Fahma. Ibu, Terima Kasih. Fahma sangat menyayangi Ibu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar